Rojo Koyo Petani di Ponorogo, Kang Bupati: Ekosistem yang Dahsyat
Sektor pertanian lewat konsep rojo koyo (hewan ternak dan tanaman) sebagai penumbuh dasar ekonomi masyarakat di pedesaan kembali jadi bahasan menarik Pemerintah Ponorogo.
Konsep tersebut muncul pada acara hari turun ke sawah petani atau farm field day (FFD) yang dihadiri Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan Wakil Bupati Lisdyarita.
Bupati dan Wakil Bupati Ponorogo dan Forkopimda ketika panen padi di Desa Mojorejo Kecamatan Jetis, pada 27 Juni 2023, lalu.
Bupati Sugiri Sancoko menegaskan sektor pertanian di Ponorogo harus hebat sesuai visi dan misi yang diusungnya. Namun, data menunjukkan, kebanyakan petani hanya memiliki lahan pertanian kurang dari dua kotak. Satu kotak sawah setara 10 ru atau 1.400 meter persegi.
‘’Mau dikasih benih yang paling bagus, dalam satu kotak menghasilkan satu ton itu sudah mending,‘’ kata Kang Bupati, sapaan Bupati Sugiri, dikutip di laman ponorogo.go.id, Jumat 30 Juni 2023.
Menurut Kang Bupati, jika berhitung dalam satu kotak sawah menghasilkan sekitar satu ton padi dengan harga Rp 6 ribu per kilogram, maka pendapatan kotor petani hanya Rp6 juta. Sementara jika dibagi dengan empat bulan masa tanam, pendapatannya hanya Rp1,5 juta sebulan.
‘’Dikurangi oleh biaya tanam, beli pupuk, ongkos pengairan, dan honor pekerja, mungkin tinggal 200 ribu sebulan,’’ jelasnya.
Kang Bupati mengangankan ulang pola rojo koyo ketika setiap petani memelihara sapi yang memiliki nilai jual tinggi.
Bersamaan itu, di kandang belakang rumah juga terdapat kambing dan ayam dengan jumlah cukup banyak. Saling berkesinambungan, jerami sisa panen untuk pakan sapi dan kotoran ternak dibuat pupuk organik. ‘’Kalau itu bisa berjalan kembali, akan menjadi satu ekosistem yang dahsyat,’’ terangnya.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo Masun mengungkapkan, FFD atau biasa disebut Hari Turun ke Ladang bertepatan dengan masa panen padi Sekolah Lapang (SL) Gerakan Pertanian (Genta) Organik.
Ada 10 kelompok tani yang menjadi sasaran Genta Organik disertai peatihan pembuatan pupuk hayati dan pestisida alami itu. Masing-masing kelompok tani minimal mempraktikkannya di lahan setengah hektare.
Dari lima hektare sawah yang ditanami padi dengan pupuk organik itu, hasil rata-rata per hektare mencapai 7,4 ton gabah kering panen (GKP). ‘’Bahkan ada yang berhasil mencapai 7,7 ton GKP,’’ tandasnya.