Roda Zaman Terus Bergerak, Pesan Khusus Kiai Husein Muhammad
KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Dar el-Tauhid Arjawinangun Cirebon, senantiasa memberikan pencerahan kepada masyarakat secara luas. Cara pandangan pelbagai dimensi, memberikan wawasan luas dalam memahami agama.
Berikut di antara catatan Kiai Husein Muhammad, yang dikenal dekat dengan KH Abdurrahman Wahid (almaghfurlah).
Aku bilang kepada seorang teman :
Kau masih terus saja berkutat dan mengulang-ulang bicara dan berdebat kasus-kasus berabad lampau di bumi nun jauh di sana sambil marah-marah
Dan berangan-angan masa lalu kembali
Lihatlah, matahari terus bergerak ke barat
Syeikh Syams Tabrizi membisiki Rumi :
لا تحاول أن تقاوم التغييرات التي تعترض سبيلك، بل دع الحياة تعيش فيك. ولا تقلق إذا قلبت حياتك رأسًا على عقب. فكيف يمكنك أن تعرف ان الجانب الذي اعتدت عليه أفضل من الجانب الذي سيأتي؟
"Tak usah kau berlelah-lelah melawan perubahan yang datang menjemputmu. Biarkan kehidupan mengalir di dalam dirimu".
"Jangan gelisah manakala hidupmu akan mengalami perubahan total. Bagaimana mungkin kau tahu bahwa kehidupan yang kau jalani selama ini lebih baik dari yang akan datang?."
Sementara, Moh. Iqbal, pemikir dan penyair Pakistan yang terkenal mengatakan :
"Kehidupan adalah gerak ke depan,
Hukum inilah yang mengatur dunia,
Perjalanan ini tak mungkin berhenti,
Diam berarti mati".
Aku menyambut kata akhir itu :
Dan kau akan tergilas roda zaman.
Konservatisme Ketat
Seorang teman dari luar menyampaikan pertanyaan mengejutkan. Katanya : "membaca tulisan-tulisan anda, saya merasakan Anda seperti seorang yang gelisah. Bagaimana dan apa masalahnya?".
Aku mengangguk sambil tersenyum saja. Soal utamanya adalah konservatisme akut. Lalu aku bilang :
Konservatisme dan pengulang-ulangan suatu pemikiran atau pemahaman keagamaan yang dilakukan dalam waktu yang panjang dan tanpa kritik serta ditransfer melalui metode doktrinal, pada gilirannya akan melahirkan/membuahkan keyakinan banyak orang bahwa produk pikiiran yang diwariskan itu adalah kebenaran agama atau keyakinan itu sendiri berikut seluruh makna sakralitas dan universalitasnya. Maka yang terjadi adalah universalisasi atas norma partikular dan kontekstual di satu sisi dan partikularisasi norma universal di sisi yang lain. Keadaan ini sesungguhnya berpotensi menimbulkan problem serius dalam dinamika kebudayaan dan peradaban.
Cara pandang konservatisme tekstual yang berlarut-larut ini bukan sekedar menciptakan keterbelakangan masyarakat dan berpotensi melahirkan fanatisme buta, bahkan radikalisme dan ekstrimisme.
Maka kontekstualisasi atas teks-teks partikular keagamaan dan keterbukaan pikiran terhadap dinamika kehidupan menjadi keharusan sejarah.
Wallahu A'lam. (KH Husein Muhammad -12.07.22)