Rocky Gerung: Ada yang Cemburu Jangan Dahului Puan
Pengamat Politik dan akademisi Rocky Gerung, ikut bicara soal polemik antara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan Ketua DPP PDI P Puan Maharani. PDI-P seharusnya bangga melihat Ganjar Pranowo dekat dengan rakyatnya. Pemimpin seharusnya begitu, dekat dengan rakyat.
"Kalau Ganjar yang kader PDI P tiba-tiba dicuekin oleh Ketuanya, Puan Maharani, alih-alih karena elektabilitasnya semakin membumi, ini menjadi sebuah pertanyaan. Apa ada kebijakan kecerdasan atau popularitas kader PDI tidak boleh melebihi ketuanya," tutur Rocky saat berbincang dengan Ngopibareng.id, Selasa 25 Mei 2021.
Rocky melihat Ganjar dicuekin Puan Maharani, karena faktor kecemburuan. Putri 'mahkota' Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri tidak boleh kalah dengan Ganjar, yang juga berhak maju pada Pilpres 2024.
Partai berlogo kepala banteng moncong putih yang menggembar-gemborkan demokrasi, memusuhi kadernya sendiri karena prestasi dan kedekatan dengan rakyat, patut dipertanyakan.
"Kalau ini bagian dari strategi elit partai untuk memberi jalan kepada Puan Maharani menghadapi Pilpres 2024, akan merugikan Puan sendiri. Bukan dukungan yang ia dapat, tapi malah sebaliknya," kata Rocky.
Akedemisi UI itu menyebut Puan bisa jadi menteri, bisa jadi ketua DPR RI, karena dia anaknya Megawati, ketua partai pemenang pemilu bukan karena kemampuannya.
"Kita lihat saja di Pilpres 2024 nanti dia berani maju dan menang atau tidak," sindirnya. Maunya elit PDIP "sesama sopir bis kota jangan saling mendahului", canda Gerung.
Rocky kemudian mengirimkan catatan dari beberapa lembaga survei, tentang sosok kader PDI-P tersebut.D ari hasil survei Puspoll menyeut 63,9 persen mengenal Ganjar dan 56,2 persen menyukai Ganjar. Sementara, 59,5 persen mengenal dan 41,4 persen menyukai Puan.
Hasil survei itu juga menyebut bahwa Ganjar lebih pantas menjadi capres maupun cawapres pada 2024 dibandingkan Puan. Persentase kepantasan menjadi capres untuk Ganjar berada di angka 43,4 persen dan 40 persen menilai ia pantas menjadi cawapres.
Sementara, hanya 17,3 persen yang menyatakan Puan pantas menjadi Capres dan 24,9 persen berpendapat ia pantas menjadi cawapres.
Lembaga Survei Kedai KOPI pada 12 April juga merilis hasil survei terkait elektabilitas capres. Dalam survei tersebut, nama Ganjar berada di peringkat ketiga dengan 16 persen, di bawah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (24,5 persen) dan Presiden Joko Widodo (18,5 persen).
Sedangkan tingkat elektabilitas Puan dalam survei tersebut hanya 0,2 persen.
Sementara itu, pada hasil survei Indikator Politik 4 Mei, menyatakan bahwa Ganjar memiliki tingkat elektabilitas 15,7 persen. Angka tersebut berbanding jauh dengan tingkat elektabilitas Puan yang hanya mengantongi 2,9 persen.
Kemudian, dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 1 April menyatakan bahwa tingkat elektabilitas Ganjar mencapai 12 persen, sedangkan Puan 1,7 persen.
Berikutnya, dari hasil survei Charta Politika Indonesia yang dirilis pada 29 Maret, tingkat elektabilitas Ganjar mencapai 16 persen. Sedangkan elektabilitas Puan 1,2 persen.
Pun dengan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis 22 Februari 2021 menyatakan bahwa tingkat elektabilitas Ganjar sebesar 10,6 persen, sementara Puan 0,1 persen.
Berbagai lembaga survei itu menunjukkan kinerja Ganjar lebih terlihat oleh publik dan lebih merakyat daripada Puan.
"Ganjar terus terang sudah delapan tahun jadi gubernur, artinya plus minusnya sudah dikenal publik, kinerjanya sudah mulai dinilai. Kedua, Ganjar relatively lebih supel, friendly dalam menghadapi publik, terutama menghadapi media.
Selain itu, Ganjar hidup dan tumbuh besar dalam satu basis dan komunitas PDIP yang besar di Jateng. Artinya, Ganjar dapat menunjukkan kepada publik bahwa dia gampang berinteraksi dengan orang dan ada sesuatu yang bisa dia tunjukkan.
Ganjar Pranowo, kader PDI Perjuangan yang sudah dua periode ini jadi Gubernur Jawa Tengah, terlihat santai. Entah minum kopi, teh atau air dari mug blirik atau cangkir besar, dengan memakai peci hitam dan kaos warna hitam bertuliskan ‘No Mudik’, Ganjar kemudian bersandar di kursi.
Ada tangan menyalakan TV. Ganjar kemudian dikesankan menonton tayangan TV. Di layar TV muncul Puan Maharani, salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan, sedang berpidato. “Pemimpin itu menurut saya, ke depan ini adalah pemimpin yang memang ada di lapangan. Bukan ada di sosmed,” kata Puan Maharani
“Halah.....”kata Ganjar sambil tertawa.
“Pemimpin yang memang dilihat sama teman-temannya, sama orang-orangnya yang mendukungnya ada di lapangan,” kata Puan lagi.
Ganjar kelihatan tertawa. Dia kemudian mengangkat dan menyatukan kedua telapak tangannya, sambil berkata, ”Terima kasih, matur nuwun, “ kata Ganjar masih tetap dengan senyum lebar. Kemudian ada tangan mematikan TV yang masih menanyangkan pidato Puan.
Singkat saja video yang cukup viral hari ini. Durasinya hanya 30 detik, tapi video kompilasi beberapa adegan dan peristiwa ini mampu menceritakan dinamika apa yang saat ini sedang terjadi di internal PDI Perjuangan, yaitu Puan Maharani sedang ‘memacul’ Ganjar Pranowo.
Hari Sabtu 22 Mei lalu, di Semarang, Puan Maharani mengumpulkan dan memberi pengarahan kepada kader-kader PDI Perjuangan yang ada di Jawa Tengah. Jumlah yang hadir secara fisik sekitar lebih dari 100 orang, terdiri dari anggota DPR-RI asal Jawa Tengah, Anggota DPD-RI dari Jateng, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Jateng yang diusung PDI Perjuangan, serta Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Tengah. Sementara yang hadir mengikuti pengarahan secara virtual lebih dari seribu orang, terdiri dari pengurus DPC seluruh Jateng, ditambah 463 anggota DPRD Kabupaten/Kota se Jateng plus 573 PAC se Jateng.
Menariknya, acara ini baik secara off line maupun on line tidak dihadiri Ganjar Pranowo yang memang tidak diundang. Jangan lupa, acara berlangsung di Semarang, Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Ya, ternyata Ganjar memang dianggap bersalah. Setidaknya, demikian yang dikatakan Bambang Wuryanto, Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu, merangkap Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah. Menurut Bambang Pacul, nama akrabnya, Ganjar dianggap kemajon, atau kelewatan, dan keminter, sok pintar.
Dari berbagai survei yang dilakukan beberapa lembaga survei, elektabilitas Ganjar Pranowo memang jauh di atas Puan Maharani, jelang hajatan Pilpres 2024 mendatang. Bukan cuma itu. Nama Ganjar Pranowo juga amat populer, cukup menjadi media darling, dan akrab dengan netizen dan masyarakat, terutama di medsos. Ketika masih menjadi anggota DPR-RI dua periode sejak 2004, ayah dari anak tunggal bernama Muhamad Zenedine Alam ini dikathui memang lumayan piawai memanfaatkan medsos.
Mungkin karena itulah, pada pidato pengarahan yang dirangkum dalam video pendek di atas, Puan Maharani mengatakan pemimpin itu harusnya ada di lapangan, bukan ada di sosmed. Benarkah? Bisa saja Ganjar membantah, dengan mengatakan misalnya, pada Pemilu 2019 lalu PDI Perjuangan Jateng memperoleh suara sebesar 33 persen suara, sedangkan pada Pilpres pasangan Jokowi/Ma’ruf Amin sapu bersih di 35 kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah. Bisa juga, misalnya, Ganjar selanjutnya bertanya, apakah kenenangan-kemenangan pada Pemilu dan Pilpres 2019 diperoleh hanya melalui medos?
Hubungan Ganjar dengan Megawati sendiri juga sangat baik, tidak ada persoalan. Hari Jumat 21 Mei lalu keduanya bertemu, berbincang dengan akrab, dan Megawati dengan senang hati menerima sebuah lukisan karya seorang pelukis dari Jawa Tengah, Joko Susilo, yang diserahkan Ganjar kepada Megawati. Kalau Megawati saja bersendau gurau dengan Ganjar, tapi sehari kemudian, ketika mengadakan suatu acara di Semarang, Puan Maharani mengabaikan Ganjar.