Robot Sinar Ultraviolet untuk Sterilisasi Ruang Isolasi Corona
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melarang penyemprotan disinfektan ke tubuh guna mematikan virus corona (Covid-19). Melalui akun resminya di media sosial, WHO Indonesia menjelaskan bahaya penyemprotan disinfektan jika mengenai selaput lendir seperti mata dan mulut.
Larangan itu mendorong sejumlah dosen dan mahasiswa Telkom University untuk menciptakan robot pembasmi kuman, sebagai pengganti penyemprotan disinfektan. Robot bernama Autonomous UVC Mobile Robot atau AUMR ini, bersenjatakan sinar ultraviolet tipe C atau UVC yang diharapkan dapat membunuh virus penyebab penyakit Covid-19. Sinar UVC itu terpancar dari enam buah lampu yang terpasang di badan robot.
Risnanda Satriatama, manajer riset dan pengembangan robot AUMR, dalam siaran persnya menjelaskan cara kerja robot tersebut.
"Lampu UVC ini memiliki tipe panjang gelombang antara 200 sampai 280 nanometer. Panjang gelombang tersebut dapat membunuh atau mengurangi kemampuan DNA atau RNA dari si virus itu. Maka virus itu tidak akan mereplikasi lagi. Jadi virus itu bisa dibilang terbunuh," jelas Risnandar dikutip dari telkomuniversity.ac.id.
Sinar UVC yang dijadikan senjata pembasmi corona diyakini lebih ramah lingkungan. Tetapi, tidak boleh ada manusia di sekitar robot saat dia beraksi. Sebab, manusia yang terpapar sinar UVC akan mengalami kerusakan kulit dan mata.
Untuk mengoperasikannya secara otomatis dan manual, operator bisa menggunakan pengendali jarak jauh.
Saat beraksi, AUMR akan menyapu setiap jengkal ruangan dengan sinar UVC dalam jangkauan 1-2 meter selama 10 hingga 20 menit. Hal itu sesuai hasil pengujian laboratorium Bioteknologi LIPI pada virus SARS-Cov1 atau virus penyebab penyakit SARS yang satu keluarga dengan SARS-Cov2, penyebab Covid 19.
Robot AUMR mulai diciptakan pada akhir Maret. Sejak awal proses riset hingga prototipe pertama memakan waktu sekitar tiga minggu. Proyek ini juga melibatkan LIPI sebagai pihak yang melakukan pengujian terhadap efektifitas sinar UV tipe C dalam membunuh virus corona.
Dua orang dosen Teknik Elektro Telkom University, Angga Rusdinar dan Irwan Purnama, menjadi innovator Robot AUMR ini. Tapi dalam proses riset dan pengembangannya melibatkan pula sejumlah mahasiswa Teknik Elektro.
Robot ini, menurut penciptanya, 80% bermuatan komponen dalam negeri. Dia ditenagai baterai accu yang bertahan selama empat hingga enam jam.
Proses riset dan pengembangannya menghabiskan dana sebesar Rp250 juta. Namun, rencananya, robot ini akan dijual dengan harga di kisaran Rp80juta hingga 100 juta. Menyusul keberhasilan robot AUMR, tim sedang mengembangkan robot pengantar makanan dan robot dokter yang saat ini masih berwujud prototipe.
Kedua robot ini masih dalam tahap riset dan pengembangan, diharapkan dalam beberapa minggu lagi, kedua robot ini akan dirilis.
Advertisement