Robohnya Batu Payung Turunkan Minat Wisatawan
Warga yang menggantungkan hidupnya dari objek wisata Pantai Tanjung Aan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengkhawatirkan robohnya ikon daerah itu, Batu Payung akan menurunkan jumlah wisatawan.
"Jelas kami khawatir karena Batu Payung menjadi tempat paling favorit oleh wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri," kata Wawan, pemuda yang menyewakan perahu di kawasan Tanjung Aan, Rabu, 3 April 2019.
Selama ini, para pelaku sewa perahu menawarkan paket perjalanan kepada wisatawan untuk berkunjung ke Batu Payung, gua di Pulau Bukit Kura-Kura dan Bukit Merese. Wisatawan tinggal memilih tempat yang dituju.
Selama ini, tambah dia banyak wisatawan yang menyewa perahu ke Batu Payung mengingat foto-fotonya sudah tersebar baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Karena itu, ia mengharapkan pemerintah setempat untuk tetap mempromosikan Pantai Tanjung Aan meski ikon yang ada selama ini, Batu Payung sudah roboh karena faktor alam.
"Semula saya datang ke Pantai Tanjung Aan, ingin ke ke Batu Payung. Tapi kecewa juga batal ke sana infonya roboh. Jadi saya hanya duduk-duduk saja di Pantai Tanjung Aan yang berpasir putih," kata Ari, wisatawan asal Jakarta.
Batu payung yang menjadi ikon objek wisata di Pantai Tanjung Aan, Dusun Gerupuk, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, NTB roboh karena faktor alam yang terus menerus dihajar gelombang dari Samudera Hindia.
"Tidak ada yang tersisa, kejadiannya pada tanggal 31 Maret 2019 sekitar pukul 21.00 Wita," kata tokoh pemuda di kawasan objek wisata Pantai Tanjung Aan, Wawan.
Ia mengungkapkan saat peristiwa itu terjadi, dirinya tengah berada di pantai Tanjung Aan yang berjarak sekitar 10 menit jika menggunakan perahu ke Batu Payung.
"Suaranya terdengar keras saat batu payung itu roboh," katanya. (ant)