Ritual Kerokan Masuk Seni Rupa
Oleh : Yusuf Susilo Hartono
Seni rupa kontemporer "menjarah" kemana-mana. Ritual kerokan pun, yang digarap dan dibintangi perupa Angela Sunaryo (Bekasi) dan teman, menjadi video pertunjukan seni, tidak hanya menarik, bahkan memenangi kompetisi Basoeki Abdullah Art Award (BAAA) #5 2024.
Selama dikerok, Angela/pemain pengganti dan pengerok duduk di atas selembar kain, dikelilingi lilin menyala. Mengucapkan kisahan secara ritmis, dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Ceko, sambil memukul kenong, sebagai metafor keterpecahan dan kebersamaan. Seiring dengan jejak-jejak minyak dengan koin yang memerahkan di punggungnya, menggambarkan rasa perih keterasingan, penerimaan, penolakan dan tradisi.
BAAA #5 yang diselenggarakan oleh Indonesian Heritage Agency Unit Museum Basoeki Abdullah diikuti 1.075 peserta dari 29 provinsi. Tim Yuri yang terdiri dari Alia Swastika, Amalia Wiryono, Mikke Susanto, Ricky Pesik dan Wiyu Wahono, memilih 29 finalis, kemudian dipamerkan di Gedung A Galeri Nasional, bertajuk Conversations With No Things, sejak 21 November sampai 8 Desember 2024 mendatang.
Pada pameran yang dibuka oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, diumumkan lima pemenang, selain karya Angela Sunaryo, empat yang lain: Asmoadji (Jakarta), Agnes Hansella (Banjarmasin), Syaura Qotrunada (Mataram) dan Suvi Wahyudianta (Bangkalan).
BAAA merupakan kompetisi 2 tahunan yang digelar sejak 2013. Bertujuan untuk mengangat seniman-seniman muda. Awalnya diniatkan untuk mengeksplor bentuk, tema dan pemikiran kesenilukisan maestro Basoeki Abdullah. Namun pada BAAA#5, menurut Mikke Susanto, yang menjadi juri sejak BAAA #1, terjadi perubahan dan perluasan.
Yakni, tidak lagi terikat pada seni lukis dan bentuk dua dimensonal, tanpa tema seperti biasanya, dan peserta bebas memilih medium, teknik, hingga bentuk. "Hasilnya sebuah lompatan luar biasa," tutur Mikke Susanto yang menjadi kurator pameran.
Dampak perubahan tersebut, seni lukis yang tadinya utama,menjadi tersisih. Bahkan dari lima pemenang, tak ada satupun seni lukis, sebaliknya didominasi oleh instalasi, video, dan media baru lainnya. Sebagian penonton merasakan pameran ini, rasa ArtJog versi Jakarta.
Terlepas dari itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon memuji kompetisi seni rupa "Plat merah" satu-satunya ini. Dikaitkan dengan UUD 1945, ia menegaskan, "Ini merupakan pelaksanaan Pasal 32, bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia..."
Penulis : Guru, Penulis dan Seniman