Ritual Cuci Jalan di Singkawang, Seru-Seru Seram
Meski puncak acara baru 19 Februari, rangkaian kegiatan Festival Cap Go Meh Singkawang, Kalimantan Barat, sudah membikin hati deg deg plas. Juga meriah bukan alang kepalang. Salah satu ritual yang paling banyak dinanti adalah tolak bala dan cuci jalan, Senin 18 Februari 2019.
Prosesi ritual tolak bala dan cuci jalan diikuti para tatung dan peserta Cap Go Meh Singkawang 2019. Kegiatan ini dilakukan di Vihara Tri Dharma Bumi Raya Pusat Kota Singkawang. Wisatawan sangat antusias mengikuti kegiatan ini.
Antusiasnya para wisatawan membuat para tatung jadi semangat. Hal ini disampaikan salah seorang tatung perempuan, Sasya, 21 tahun. “Senang, karena ramai,” tutur wanita berusia 21 tahun ini. Sasya sudah menjadi Tatung sejak 3 tahun lalu.
Menurut Esthy Reko Astuty, Kementerian Pariwisata, prosesi ritual tolak bala dan cuci jalan adalah ritual pendahuluan sebelum puncak acara berupa karnaval dan pembakaran 12 naga.
“Perayaan Cap Go Meh di Singkawang selalu mampu menarik perhatian wisatawan. Karena memang semua rangkaian kegiatannya menarik. Seperti ritual tolak bala dan cuci jalan. Ini agenda rutin sebelum puncak perayaan. Tapi lihat saja, wisatawan sudah sangat antusias mengikutinya,” kata Esthy, yang juga Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural.
Ritual tolak bala dan cuci jalan, adalah kegiatan yang diikuti peserta dan para tatung yang akan beraksi pada acara puncak. Secara bergantian, para tatung dan tim peserta memasuki Vihara Tri Dharma Bumi Raya. Di sana, mereka memanjatkan doa. Setelah itu, para tatung melakukan atraksi. Seperti memperlihatkan kekebalan terhadap senjata tajam.
Buat Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, sejak awal perayaan Imlek, Singkawang memang menjadi favorit bagi wisatawan mancanegara.
“Buat wisatawan Tionghoa yang ada di Malaysia, Singapura dan sekitarnya, perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang selalu menarik. Karena di Singkawang bukan hanya kebudayaan Tionghoa yang ditampilkan. Ada campuran budaya lokal seperti Dayak. Dan perpaduan ini yang membuat perayaan Cap Go Meh di Singkawang berbeda dengan perayaan yang lain,” kata Rizki.
Rizki menjamin keseruan akan semakin bertambah saat puncak acara. Yaitu karnaval dan dan pembakaran 12 naga. Menurut Rizki, momen puncak ini akan dihadiri lebih banyak wisatawan mancanegara.
“Salah satu kelebihan Singkawang adalah mampu memadukan kebudayaan. Tepatnya kebudayaan lokal Suku Dayak dan Tionghoa. Perpaduannya terlihat jelas dalam Cap Go Meh. Ini luar biasa. Jadi daya tarik khusus buat wisatawan mancanegara, khususnya wisatawan perbatasan. Inilah yang membuat Kementerian Pariwisata memberi dukungan buat Cap Go Meh Singkawang,” paparnya.(*/idi)