Risma Paksa Difabel Tuli Bicara, 26 Organisasi Disabilitas Protes
Sebanyak 26 organisasi disabilitas di Indonesia mendesak agar Menteri Sosial Tri Rismaharini untuk meminta maaf atas ucapannya, memaksa anak tuli untuk berbicara. Puluhan organisasi itu bergabug dalam Koalisi Organisasi Penyandang Disabilitas Anti Audism.
Peryataan Risma Singgung Komunitas Tuli
Tiga organisasi di antaranya adalah Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), Yayasan Handai Tuli, dan Kesetaraan Anak Tuli. Koalisi menilai pernyataan Risma menyinggung komunitas disabilitas tuli.
"Disabilitas Rungu/Tuli akan dibagikan Alat Bantu Dengar (ABD) agar dapat berbicara dan mengurangi penggunaan bahasa Isyarat", dan "Ibu paksa memang, supaya kita bisa memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita, mulut, mata, telinga. Jadi Ibu tidak melarang menggunakan bahasa isyarat tapi kalau kamu bisa bicara maka itu akan lebih baik lagi".
"(Dua pernyataan itu) telah menyinggung perasaan warga negara penyandang disabilitas rungu/tuli," kata perwakilan koalisi dalam konferensi pers, dikutip dari Republika, Sabtu 4 Desember 2021.
Koalisi juga menilai bahwa pernyataan Risma itu bertentangan dengan prinsip HAM yang ada di UUD 1945.
Pernyataan tersebut juga bertentangan dengan berbagai prinsip dalam sejumlah undang-undang terkait disabilitas. "Pilihan komunikasi seseorang dengan menggunakan bahasa isyarat tidak boleh dilarang dan dipaksa untuk menggantinya," kata mereka dalam surat tersebut.
Desakan Minta Maaf
Anggota Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), yang merupakan perwakilan koalisi, Fajri Nursyamsi mendesak Risma seharusnya meminta maaf kepada publik.
“Kami (sudah) menyampaikan dan mencantumkan dalam siaran pers untuk Bu Risma sebagai Mensos itu meminta maaf atas yang disampaikan saat Hari Disabilitas Internasional secara umum. Terutama kepada penyandang disablitas, khususnya penyandang disabiltas tuli" ujar Fajri Nursyamsi, dikutip dari tempo.co.
Klarifikasi Risma
Risma sendiri sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan merespon viralnya kritikan kelompok difabel akibat ucapannya tersebut. Dalam siaran pers yang diterima Ngopibareng.id, Rabu 3 Desember 2021, Risma menjelaskan niatnya untuk memaksa difabel tuli agar berbicara.
Menurutnya, penting bagi difabel tulis agar bisa berbicara, demi keselamatan dirinya sendiri. Ia mencontohkan peristiwa difabel tulis yang tidak bisa berteriak saat banjir, dan akhirnya meninggal tenggelam.
"Jadi itulah saya sampaikan saya ingin mengoptimalkan kemampuan dia kalau memang dia bisa bicara, itu pilihan setelah itu dia mau bicara atau tidak. Tapi bagi saya saat dia kondisi terdesak dia bisa melakukan sesuatu untuk pengamanan dirinya itu yang paling penting bagi saya," kata Risma, dikutip dari dari Ngopibareng.id.
Mensos pun mengaku tak mengesampingkan adanya bahasa isyarat. Bahkan dia bilang seluruh staf di Kemensos dituntut untuk mempelajari bahasa tersebut. "Sampai ini boleh dicek seluruh staf Kementerian Sosial saya perintahkan untuk belajar bahasa isyarat ada itu surat tugas saya, sudah 58 orang jadi termasuk saya nanti belajar semua," katanya.
Risma Paksa Bicara
Diketahui, pada peringatan Hari Disabilitas Internasional yang digelar di gedung Kemensos, Rabu, 1 Desember 2021, Risma sempat meminta seorang anak yang tuli untuk berbicara.
Awalnya, Risma bersama penyandang difabel tuna wicara dan autisme bernama Anfield Wibowo, berada di atas panggung.
Saat itu, dibantu seorang juru bicara isyarat yang memperjelas kalimat Anfield, difabel yang gemar melukis itu berharap Risma suka dengan lukisannya. "Selamat siang, Ibu dan Bapak, hadirin sekalian di sini. Semoga ibu menteri suka dengan lukisan Anfield. Terima kasih," kata Anfield melalui juru bicara bahasa isyarat di Kemensos, dikutip dari detik.com, pada Kamis 2 Desember 2021.
Setelah itu, Risma mengajak difabel tuli lainnya bernama Aldi naik ke panggung. Pada Aldi, Risma memaksanya untuk berbicara, menyampaikan apa yang ada di pikirannya. "Kamu sekarang, ibu minta bicara, nggak pakai alat. Kamu bisa bicara," imbuh Risma.
Aldi tampak mencoba berbicara tapi suaranya lirih. Risma terus meminta Aldi berbicara tanpa menggunakan alat bantu.