Risma Kumpulkan Kepala Sekolah se-Surabaya Antisipasi Terorisme
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) mengumpulkan seluruh kepala SD/MI, SMP/MTs, madrasah diniyah dan pondok pesantren se-Kota Surabaya, di Gedung Convention Hall, Surabaya, Rabu 16 Mei 2018 untuk mengantisipasi aksi terorisme.
"Para guru tolong konsen dan deteksi ketika mendengar ucapan yang tidak biasa dilontarkan anak-anak," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di sela-sela sambutannya.
Dalam pertemuan bertema Rapat Kerja Kepala Sekolah itu, Risma meminta kepala sekolah untuk berkomunikasi dengan wali kelas agar mampu mendeteksi anak-anak yang mengalami perilaku aneh ketika berbicara. Hal itu, kata Risma, diyakini mampu menjadi informasi yang baik untuk ditindaklanjuti.
"Para guru tolong konsen dan deteksi ketika mendengar ucapan yang tidak biasa dilontarkan anak-anak," ujarnya.
Menurut dia, hal ini penting disampaikan untuk menekankan kepada para kepala sekolah dan guru dalam memperhatikan tutur kata, perilaku serta meningkatkan komunikasi anak-anak yang cenderung mengalami perubahan secara mendadak.
"Ini memang berat, tapi komunikasi harus dibangun antara guru dan anak agar tidak kecolongan lagi," katannya.
Agar imbauan ini dapat diterapkan, Risma meminta kepada seluruh guru bimbingan konseling (BK) dan agama untuk lebih aktif berinteraksi utamanya pada jam-jam istirahat terhadap anak-anak.
Sebab, kata dia, guru agama memiliki peran penting untuk mengembangkan perilaku dan pola pikir anak dalam hal keagamaan.
Selain itu, kata dia, para guru diminta untuk menjelaskan secara detail kepada anak-anak bahwa Pancasila dan semua agama menyelipkan poin toleransi antarumat manusia, hubungan antarmanusia dan pencipta.
"Itu harus diajarkan dan ditanamkan agar mereka mengerti," katanya.
Hal serupa juga ditekankan Risma kepada anak-anak yang bersekolah di pondok pesantren. Ia berharap agar anak-anak dipantau baik saat di pondok pesantren maupun di rumah.
"Semua elemen harus bergerak dan bersinergi membangun komunikasi tanpa terkecuali," katanya.
Tidak hanya mendeteksi dan memantau perilaku anak, Risma juga meminta para guru dan kepala sekolah untuk menghimbau anak-anak agar tidak mengolok-olok temannya yang terkena bom atau masuk dalam lingkaran teroris.
"Para guru diminta untuk mengingatkan kepada siswa lain untuk tidak mengolok-olok karena saya tidak ingin anak-anak trauma sampai kondisinya benar-benar stabil," katanya. (ant/rr)