Klaim Surabaya Zona Hijau, Dewan: Risma Halu, Tak Sesuai Fakta
Klaim Walikota Surabaya Tri Rismaharini terkait perubahan zona sebaran covid-19 di Surabaya dari merah tua menjadi hijau terdengar telinga anggota dewan.
Sekretaris Komisi B DPRD Kota Surabaya, Mahfudz mengatakan, klaim Risma ini berlebihan dan tidak berdasar fakta yang ada. Menurutnya, Risma bermimpi Kota Surabaya sudah berubah menjadi hijau. Padahal, berdasarkan fakta dan data, Kota Surabaya masih menjadi kota tertinggi kasus covid-19 di Jawa Timur.
"Ya kalau menurut saya sih, Risma ini ngawur. Dia bermimpi. Kalau kata anak sekarang halu. Kenapa? Karena data yang diambil tidak akurat," kata Mahfudz, Senin 3 Agustus 2020.
Mahfudz menilai, tak seharusnya Risma sebagai pemimpin di Kota Pahlawan berkata seperti itu. Risma seharusnya fokus penanganan covid-19. Mulai dari menekan angka penyebaran, penularan hingga meningkatkan kesembuhan.
Selain itu, jika Risma ingin Surabaya segera melandai, seharusnya berkoordinasi secara rutin dan terbuka dengan seluruh pihak utamanya rumah sakit. Mahfudz mengatakan, Risma bisa juga mendukung pihak-pihak yang sedang melakukan penelitian terkait vaksin covid-19.
"Seharusnya Risma itu lebih tenang. Lebih fokus cari cara untuk menyelesaikan pandemi. Biar rakyat yang menilai apakah penyebaran covid-19 di Surabaya menurun atau tidak. Bukan klaim pribadi," katanya.
Menurut Mahfudz, meledaknya kasus covid-19 di Kota Surabaya saat ini adalah buah dari kebijakan pemkot yang tidak tegas sejak awal kasus muncul.
Mahfudz menilai, Risma tak serius dalam penanganan. Ia menganggap kasus ini dengan guyonan, seperti zona merah PDI Perjuangan, memproduksi pokak, hingga tak mau koordinasi dengan berpihak, khususnya dengan dewan.
"Dulu nggak mau dengerin saran pakar, ahli, hingga dewan. Karena menangani ini kan nggak bisa sendiri. Harus kolektif dong. Malah kupas-kupas jahe, telur, pokak. Risma harusnya bisa melakukan lebih dari itu. Hasilnya, ya sekarang ini Surabaya angka kasusnya tinggi. Begitu kok dibilang zona hijau," katanya.