Risma Klaim Surabaya Zona Hijau, Pakar: Gak Benar
Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Dr Windhu Purnomo berani membantah pernyataan dari Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, yang menyebut Surabaya saat ini telah masuk dalam katagori zona hijau.
"Gak bener mas, saya gak tau itu dapat data dari mana. Surabaya masih zona merah, sejak PSBB pertama sampai hari ini masih merah. Orange saja belum pernah. Sidoarjo malah pernah orange satu minggu dan sekarang kembali merah." tegas Windhu ketika dikonfirmasi Ngopibareng.id, Selasa 4 Agustus 2020.
Hal itu, jelas Windhu, sebab sampai saat ini masih terjadi penambahan kasus yang cukup tinggi di Kota Pahlawan. Bahkan secara kumulatif penambahan masih terbanyak se-Jatim, meski tak dipungkiri memang rate of transmission dan angka kesembuhan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
Bahkan, katanya, angka penambahan kasus di Surabaya masih sangat tinggi dan penularannya tersebar di banyak tempat.
Berdasar data kajian epidemiologi atas data yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dan Satuan Tugas Covid-19 Pusat, RT Kota Surabaya sudah berada di bawah 1 atau tepatnya 0,8 hingga 0,7. Namun, angka tersebut dinilai belum aman dan masih belum stabil.
“RT (bilangan reproduksi efektif, tingkat penularan) sampai dengan tanggal onset 14 Juli memang di bawah satu, tapi masih selama 4 hari, padahal untuk dinyatakan terkendali apabila konsisten selama 14 hari berturut-turut. Saat ini RT di Surabaya masih fluktuatif, belum stabil,” paparnya.
Yang paling parah, saat ini angka case fatality rate (angka kematian) justru masih sangat tinggi, sebesar 8,9 persen. Angka kematian Surabaya tampak dua kali lipat lebih tinggi dari nasional 4,7 persen, kemudian lebih tinggi dari Jawa Timur yang sebesar 7,8 persen, kemudian Gresik 7,9 persen, dan Sidoarjo justru lebih baik dengan 5,3 persen.
“Secara umum, baik di provinsi Jawa Timur maupun kota Surabaya, wabah/pandemi covid-19 masih belum terkendali, meskipun ada satu dua indikator epidemiologi yang memberikan harapan,” pungkasnya.
Dengan fakta itu pula, ia khawatir klaim Risma tentang Surabaya zona hijau membuat warga akan lebih bebas tanpa protokol kesehatan. Padahal, nyatanya penularan masih tinggi.