Risma: Anak Surabaya Gagal, Orang Tua dan Lingkungan yang Salah
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, jika anak-anak Surabaya gagal dan kalah bersaing dalam persaingan nasional ataupun global, maka yang pertama kali yang harus disalahkan adalah orang tua mereka. Alasannya, di dalam rumahlah sifat dasar anak terbentuk.
"Orang tua ingin anaknya sukses tapi kalau tidak memberi contoh ya sama saja, orang tua yang salah. Waktu di rumah adalah waktu untuk membentuk karakter dan sifat anak. Kalau gagal, orang tua yang gagal membentuk sifat dan karakter yang mumpuni," cerita Risma usai bertemu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak beberapa waktu lalu.
Selain itu, salah satu pembentuk karakter anak adalah lingkungan di mana mereka tinggal. Alasannya, para anak-anak tersebut hanya delapan jam di sekolah, dan 16 jam lainnya berada di rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka.
"Saya sampaikan, delapan jam mereka di sekolah, 16 jam di lingkungan, yang kalau tidak diatur dengan baik maka anak-anak ini bisa berbahaya perilakunya. Makanya kami juga berusaha mengamankan di kawasan kampung mereka," katanya.
Sehingga, menurut Risma, ia tak mau jika orang tua menyalahkan kualitas sekolah atau pendidikan sekolah, jika anak-anak tersebut menjadi anak yang tak baik. Baik dari sisi moral, agama, dan kelakuan.
"Kalau ada apa-apa di sekolah, jangan salahkan sekolah. Tapi harus lihat ke dalam, ke rumah. Sudah diajari apa di rumah. Di sekolah itu cuma berapa jam? kan lebih banyak di rumah. Bagaimana pendidikan di rumah, di kampung sekitar. Lihat ke dalam, jangan ke luar," katanya.
Menurut Risma, lawan dan godaan bagi anak-anak Surabaya di masa depan itu sangat banyak. utamanya yang berkaitan dengan teknologi dan internet. Banyak sekali anak-anak yang tak mau sekolah dan lebih memilih bermain game ataupun browsing-browsing tidak jelas.
Maka dari itu, Risma berharap orang tua mempunyai peran untuk mendidik anak-anak, dan memberikan pemahaman tentang penggunaan waktu yang baik dalam sehari-hari. Ada saatnya refreshing dan bermain game. Namun ada juga saatnya belajar dan bersekolah.
"Lawan mereka itu bukan lagi orang, tapi juga teknologi. Mereka harus bisa seimbang. Orang tua berperan penting tentang hal itu," katanya.
Tak hanya secara lisan, orang tua juga harus memberi contoh kepada anak-anak untuk melakukan manajemen waktu dengan baik. Jangan sampai orang tua melarang anaknya bermain game ataupun ponsel, namun ibu atau bapaknya malah asik menonton sinetron dan menggunakan media sosial di depan mereka.
"Anak-anak itu meniru. Mereka dilarang main game tapi orang tuanya nonton sinetron berjam-jam, malah chattingan dan lainnya. Itu kan tidak benar. Jadi ibu-ibu bapak-bapak itu harus diubah perliakunya. Agar anak itu mau nurut sama orang tua dan bisa menjadi lebih baik," kata Risma.
Risma mengatakan, jika anak-anak menjadi rusak dan gagal, maka negara ini juga akan menjadi rusak dan gagal. Karena anak-anak inilah yang akan membawa bangsa ini di masa depan. Maka dari itu, ia berharap orang tua bisa menjadi rem bagi anak-anaknya untuk tak melakukan hal-hal yang kurang produktif.
"Orang tua harus menjadi rem, harus bisa ngerem anak-anak kita melakukan hal yang kurang baik. Orang tua juga harus bisa mengendalikan diri," katanya.