Pemkot Surabaya Periksa Covid 4.818 Warga Dari 16 Klaster
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengaku telah melakukan tracing kepada 16 klaster baru. Seperti klaster dari luar negeri, hingga tempat ibadah yang masih mengadakan kegiatan seperti biasanya. Hasilnya, Pemkot bisa memeriksa 4.818 warga di Surabaya. Jumlah ini bertambah dari informasi sebelumnya, sebesar 4.250 warga.
"Cuman 16 klaster tapi dampaknya ke 4.818 (warga yang dites covid-19) itu. Ini pengembangan dari orang positif," kata Walikota Surabaya, Tri Rismaharini saat melakukan konferensi pers di Balai Kota Surabaya.
Menurutnya, penemuan 16 klaster di Surabaya tersebut, di antaranya berasal dari klaster luar negeri, klaster Jakarta, hingga tempat ibadah. Dari penemuan klaster baru itulah, kemudian Pemkot melakukan tracing.
Pemkot juga akan mengakategorikan hasil tracing sebagai pasien dalam pengawsan (PDP) jika bergejala berat, orang dalam pantuan (ODP) jika bergejala ringan, dan orang tanpa gejala (OTG) jika tidak bergejala.
“Ini ditelusuri. A ini kemana, dia ditanya kamu berjabat tangan dengan siapa, misalnya B dan C. Terus misalnya ke kantor ketemu dengan D, E, F. Semua kita awasi," jelasnya.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tersebut mengaku, terhitung hingga Sabtu, 9 Mei 2020 kemarin, di Kota Surabaya tercatat ada 6.136 jiwa yang masuk dalam status ODP, OTG, PDP, hingga pasien terkonfirmasi positif.
"Kemarin kita tes (yang) OTG saat itu 971, 2.958 ODP dan 1.540 PDP, konfirm 667. Lalu (pasien) konfirm sembuh 100 orang. ODP, PDP yang sembuh ada 2.918. ODR (orang dalam risiko) dari 4.818 yang sembuh 2.918 orang. Meninggal ada 80 orang, empat lainnya murni meninggal karena covid-19 sisanya punya penyakit penyerta," ungkapnya.
Risma menambahkan, Pemkot juga telah melakukan rapid dan tes swab kepada masyarakat yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien pada klaster baru itu guna memutus rantai penyebaran covid-19 di wilayah Surabaya.
“Kadang tertular ibunya, maka harus dicek semua keluarganya, tapi gak terdeksi terus dicek lagi, akhirnya angkanya seperi ini," kata Risma sambil menambahkan jika pasien positif akan dipaksa masuk rumah sakit agar tidak membebani keluarganya.
Advertisement