Risiko Bahaya Seks Anal, Picu Berbagai Penyakit hingga Kanker
Media dibuat heboh dengan kemunculan Marlina Octoria. Dia mengaku istri siri dari Mansyardin Maliq. Menurut cerita Marlina Octoria, dia berkenalan dengan ayah Taqy Maliq di Instagram. Lantas keduanya memutuskan ta’aruf dan menikah siri di sebuah apartemen di Jakarta, pada 19 September 2021.
Marlina Octoria mengaku dipaksa melakukan seks anal ketika dirinya tengah menstruasi. Dia menuding dipaksa Mansyardin Malik sebanyak 6 kali dengan berdalih hukum agama. Namun rasa sakit membuat Marlina Octoria trauma dan minggat dari rumah.
Berita viral ini langsung mendapat tanggapan dari Mansyardin Maliq. Dia membantah prilaku seks menyimpang. Selain itu, Mansyardin Maliq mengklaim telah menjatuhkan talak cerai terhadap Marlina Octoria sejak 6 September 2021.
Terlepas dari perdebatan Mansyardin Maliq dan istri sirinya soal siapa yang benar atau salah, sebagai informasi seks anal yang dipaksakan bisa mengakibatkan kerusakan organ anus. Benda asing seperti jari, alat vital atau vibrator berpotensi mencederai kulit anus. Seperti apa bahaya seks anal? Berikut ulasannya.
Apa Itu Seks Anal?
Seks anal merupakan sebuah aktivitas berhubungan seksual dengan cara lewat belakang atau di area anal (anus) dengan memasukkan penis, jari, maupun benda asing seperti vibrator ke dalam anus untuk kepuasan seksual, atau bisa melakukan seks oral yang dilakukan dengan menstimulasi anus menggunakan mulut atau lidah.
Namun, aktivitas seks anal cenderung akan terasa tidak nyaman dan juga berpotensi mencederai kulit anus dari gesekan, terlebih pada lapisan rektum yang ada pada bagian anus lebih tipis dari vagina (Miss V), hal tersebut bukan tidak menimbulkan risiko, mengingat anus tidak memiliki pelumas seperti yang dimiliki vagina sehingga kurangnya pelumasan dan jaringan yang lebih tipis meningkatkan risiko robekan terkait gesekan di anus dan rektum.
Seks anal juga memicu potensi untuk menularkan bakteri melalui gesekan yang ditimbulkan, karena rektum dan anus merupakan jalan utama bagi keluarnya tinja yang secara alami mengandung bakteri.
Seks Anal Menurut Penelitian
Pada tahun 1992, sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat yang melakukan penelitian melalui survei, menemukan bahwa hanya 26% laki-laki (18 sampai 59 tahun) dan 20% wanita (18 sampai 59 tahun) telah terlibat dalam seks anal heteroseksual, lalu pada survei 2005 yang sama (juga dilakukan oleh pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS) menemukan kejadian meningkatnya hubungan seks anal pada populasi heteroseksual Amerika. Hasil survei menunjukkan bahwa 40% pria dan 35% perempuan antara 25 dan 44 tahun telah terlibat dalam seks anal heteroseksual. Dalam hal tersebut, jumlah keseluruhan responden survei sebanyak tujuh kali banyak wanita dan laki-laki gay yang mengatakan bahwa mereka terlibat dalam hubungan seks anal, dan angka tersebut mencerminkan ukuran populasi heteroseksual yang lebih besar.
Risiko yang Ditimbulkan Melakukan Seks Anal
1. Terkena penyakit menular seksual
Jika dibandingkan dengan aktivitas seksual lainnya, seks anal yang melibatkan anus dapat meningkatkan risiko terkena penyakit seperti HIV, herpes kelamin, kutil kelamin, klamidia, hepatitis, hepatitis A, gonore, dan sifilis. Luka pada anus membuat bakteri dan virus dapat masuk dengan mudah ke pembuluh darah sehingga mempercepat penyebaran infeksi. Terlebih lagi, jika hubungan seksual yang dilakukan dari anus berpindah ke vagina. Hal ini berpotensi besar menimbulkan perpindahan bakteri dan memicu infeksi saluran kencing.
2. Memperburuk wasir
Aktivitas seks anal juga dapat menyebabkan iritasi, wasir merupakan area pembuluh darah di dalam dan di luar rektum yang dapat menyebabkan rasa gatal, sedikit pendarahan, dan terkadang nyeri. Dan masalah wasir bisa dipicu karena adanya
tekanan pada rektum.
3. Melemahkan cincin otot anus
Organ anus memiliki otot yang menyerupai cincin untuk mengatur aktivitas buang air besar yang disebut dengan sfingter, dan seks anal berulang dalam jangka panjang dapat melemahkan otot ini sehingga berisiko menyebabkan penerima seks anal kesulitan mengontrol buang air besar.
4. Peningkatan risiko fistula
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, namun ada kemungkinan bahwa robekan pada lapisan anus atau rektum dapat tumbuh lebih besar disebut juga dengan fenomena fistula. Hal tersebut kadang membuat robekan menjadi sangat besar sehingga meluas melampaui usus ke bagian tubuh lainnya yang dapat menjadi memicu masalah darurat karena memungkinkan tinja dari usus masuk ke tempat lain di dalam tubuh, karena feses secara alami mengandung sejumlah besar bakteri, memiliki fistula dapat memperkenalkan bakteri ke bagian tubuh lain, yang menyebabkan infeksi dan kerusakan.
5. Risiko terkena kanker anus dan serviks
Hasil studi terbaru mengungkapkan bahwa kanker anus dan serviks disebabkan oleh infeksi pappillomavirus manusia dan alasan utama penyebaran virus ini adalah melalui seks anal.