Tak Usah Pilih-pilih Vaksin, Sinovac juga Terbukti Ampuh
Kenyataan di lapangan, masih ada warga yang cenderung-cenderung pilih-pilih vaksin yang akan disuntikkan ke dalam tubuhnya. Mereka akan menanyakan vaksinnya apa?
Niat untuk vaksin mendadak menjadi hilang setelah tahu vaksin yang akan dipakai adalah Sinovac atau Sinopharm. Dua vaksin ini berasal dari negeri Tirai Bambu.
Warga meragukan buatan vaksin Cina karena dianggap negara ini sebagai penghasil produk-produk murahan alias KW. Banyak warga yang lebih sreg jika divaksin dengan menggunakan AstraZeneca atau Moderna yang buatan Eropa. Mereka lebih memilih urung vaksin jika vaksinnya Sinovac.
Namun, anggapan yang beredar di masyarakat itu apakah benar? Justru sebaliknya. Dokter Adam Prabata yang saat ini sedang menempuh PhD di Kobe University, Jepang malah memberikan kabar yang menggembirakan soal vaksin Sinovac ini. Kata dia, dua penelitian terbaru dari Cina malah menunjukkan kalau vaksin virus inaktif Sinovac dan Sinopharm) terbukti efektif terhadap varian Delta.
Dokter yang aktif memberikan informasi mendidik di Twitter dengan 28,4 ribu pengikut ini tak sembarangan ngomong. Dia mengutip berdasarkan jurnal daring www.tandfonline.com yang berjudul "Efficacy of Inactivated SARS-CoV-2 Vaccines Against the Delta Variant Infection in Guangzhou: A Test-Negative Case-control Real World Study". Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal ini merupakan hasil riset dari sekumpulan ahli dari Cina.
Secara singkat dr. Adam Prabata menyebut jika penelitian ke pertama dari para ilmuwan itu menyebut vaksin Sinovac dan Sinopharm terbukti efektif terhadap varian Delta untuk mencegah 59 persen Covid-19 bergejala, 70.2 persen Covid-19 dengan gejala sedang dan 100 Covid-19 dengan gejala berat.
Kemudian, penelitian kedua hasilnya menunjukkan vaksin Sinovac
69.5 persen mencegah pneumonia karena Covid-19, 100 persen mencegah Covid-19 berat dengan subjek yang diteliti kurang 10.000 orang.
Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan soal persentase relawan yang divaksin dengan menggunakan vaksin Sinovac. Dalam penelitian pertama relawan yang divaksin dengan Sinovac
61.3 persen. Sedangkan di penelitian kedua 51.29 persen. Artinya lebih banyak yang divaksin Sinovac dibanding Sinopharm dalam penelitian tersebut.
"Akhir kata, semoga ini jadi berita yang sangat baik ya untuk semua masyarakat Indonesia, berhubung Sinovac cukup banyak digunakan," kata dr Adam.
Jadi, setelah melihat hasil penelitian tersebut apakah masih ragu dengan vaksin? Masih perlu pilih-pilih?