Rindu Sekolah Saat Pandemi: Belajar di Rumah Hingga Simulasi
Siswa di Kota Malang rindu untuk segera masuk sekolah di tengah pandemi. Beberapa orang ada yang belajar dari rumah, beberapa yang lain tengah melakukan simulasi.
Miftahul Rayyan Alfarezi, usia 14 tahun, kembali memakai seragam sekolahnya setelah tiga bulan tersimpan rapi dalam lemari. Selain memakai seragam, Rayyan juga memakai masker, face shield, hand sanitizer dan membawa tisu basah dan tisu kering.
"Saya kangen (masuk sekolah). Mau berinteraksi dengan teman-teman," ujar siswa kelas tiga Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) 8 Malang, pada Rabu 19 Agustus 2020.
Hari ini, Rayyan bersama belasan siswa lainnya sedang menjalankan simulasi protokol kesehatan Covid-19 untuk persiapan kegiatan belajar-mengajar tatap muka.
Sebelum masuk kelas, Rayyan bersama dengan teman-teman lainnya lebih dulu dicek suhu tubuhnya dengan thermo gun. Rayyan duduk di baris kedua.
Duduk antar siswa diatur berjarak. Dengan baris zig-zag. Kapasitas kelas yang awalnya bisa menampung 32 siswa, kini dipangkas menjadi 16 siswa saja.
Para siswa diwajibkan membawa bekal dari rumah masing-masing untuk menghindari kerumunan saat jajan1 di kantin. Serta orangtua juga wajib mengantar dan menjemput anaknya.
Meski harus masuk sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan nantinya, Rayyan senang. Yang terpenting baginya dapat bertemu teman-teman. Apalagi, kalau di rumah Rayyan tak mendapat penjelasan secara langsung dari gurunya.
"Kalau tatap muka itu lebih paham daripada belajar secara daring banyak pelajaran yang tidak paham," kata Rayyan.
Hari itu, Rayyan pergi ke sekolah, diantar orangtuanya, Ayu Diani Ismayawati. Ibu tiga anak tersebut lebih memilih untuk sekolah diselenggarakan secara tatap muka.
Meski sempat khawatir karena ada pandemi Covid-19. Namun, jika protokol kesehatan dijalankan sekolah, Ayu merasa tenang.
Pertimbangan untuk menggelar belajar secara tatap muka tersebut juga telah ia diskusikan bersama putranya, Rayyan.
"Semua saya serahkan ke anak saya (keputusan masuk sekolah). Bunda hanya memfasilitasi kamu," tuturnya sembari menatap anaknya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 8 Malang, Anny Yulistyowati, mengatakan beberapa protokol kesehatan yang telah diterapkan yaitu menginstruksikan guru dan karyawan sekolah memakai Alat Pelindung Diri (APD).
"Kami simulasikan dengan sistem ganjil genap. Nomor bangkunya sesuai dengan absennya. Satu kelas berjumlah 32 orang, diisi setengahnya saja, jadi 16 orang," katanya.
Simulasi persiapan masuk sekolah, di SMPN 8 Malang juga, diterapkan ketika proses antar-jemput siswa oleh orangtua di depan sekolah.
"Kami sudah beri tanda, jika ketika masuk ada antrean, siswa tidak diizinkan keluar dari mobil dulu. Ini juga sudah ada yang awasi, yakni Satgas yang sudah dibentuk, baik dari guru maupun siswa," ujarnya.
Ketika nanti diizinkan menggelar belajar-mengajar tatap muka, Anny mengungkapkan pihaknya akan mengatur jadwal masuk antar kelas.
"Nanti skemanya juga akan kami susun khusus, diacak misalnya kelas IX dan kelas VII, misalnya. Nanti akan ditata jika sekolah sudah mulai. Kami jadikan habit (kebiasaan) dulu kepada anak-anak, agar menjadi suatu bentuk kebiasaan baru, (penerapan protokol kesehatan)" jelasnya.
"Kami juga sudah atur gurunya, guru yang mengajar di jam pertama, nggak boleh ngajar di jam kedua. Mereka sudah memahami jadwal mengajarnya. Belajar yang semula 9 jam, dipangkas menjadi 4 jam," lanjut Anny.
Selain itu, SMPN 8 Malang juga sudah punya Satgas Covid-19 internal dan menyulap ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS) sebagai ruang isolasi.
"Jika nanti ditemukan ada siswa yang sakit. Akan ada petugas memakai APD lengkap, yang menjemput siswa ke kelas. Untuk di bawa ke UKS," ujar Anny.
Meski serangkaian simulasi sudah dilakukan, Walikota Malang, Sutiaji masih belum bisa memastikan kapan pembelajaran secara tatap muka bisa dilakukan.
"Masuk sekolahnya kapan, nanti akan dilihat dulu dari kesiapan masing-masing sekolah," tuturnya.
Di sisi lain, Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Bumiayu Malang, Dian Maulina, sedang mengerjakan tugas menumpang internet di salah satu rumah warga di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
"Enakan belajar di sekolah. Kalau belajar di rumah banyak tugas, gak bisa main sama temen-temen," tutup siswi kelas 6 SD tersebut.
Advertisement