Ridha terhadap Rezeki Allah Ta'ala, Ihwal Kesetiaan Perempuan
Al-Utbah menyebutkan bahwa pada suatu hari, ia berjalan di pasar kota Basrah. Ia dibuat kaget oleh perempuan yang sangat cantik dan indah. Perempuan itu sedang bermain dengan seorang yang berumur tua, kasar, dan jelek. Ketika ia berbicara dengan si perempuan, perempuan tersebut tersenyum.
Maka, aku pun berkata kepadanya:
“Siapa orang ini bagi kamu?”
“Dia adalah suamiku," jawabnya.
“Bagaimana engkau bisa sabar dengan kasar dan jeleknya suamimu, sementara engkau perempuan cantik dan indah? Ini termasuk keajaiban."
“Wahai engkau, barangkali ia bersyukur memperoleh aku. Dan, aku bersabar memperoleh dia. Sementara, syukur dan sabar termasuk ahli surga. Tidakkah aku ridha terhadap bagian yang diberikan Allah SWT kepadaku?” jawab si perempuan.
Jawabannya membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Seketika itu juga, aku pergi dan menjauh darinya.
Sebuah syair berbunyi:
Jadilah, terhadap Pengaturmu Yang Maha Bijak Yang Maha Agung dan Maha Tinggi.
Ridhalah terhadap qadha, sebab
Itu adalah kewajiban yang mempunyai batas.
Kesetiaan Perempuan
Dikatakan bahwa ketika Mu'awiyah memerintahkan pembunuhan Hadabah bin Khasram, malamnya ia mengutus istri merasakan bau semerbak misik dari pakaian yang dikenakan si istri. Istrinya sangat cantik di antara perempuan yang ada Ketika mereka berdua bersama, mereka bercakap-cakap, samasama menangis, dan melakukan hubungan mesra.
Ketika subuh datang, para pengawal mengeluarkan Hadabah dari penjara untuk dibunuh. Hadabah menoleh kepada istrinya, dan menyampaikan sebuah syair:
Hapuskanlah kesedihanmu, dan jagalah orang yang dijaga Jangan menyesal atas musibah yang menimpa Jangan menikah lagi, apabila perpisahan telah nyata di antara kita Tundukkanlah punggung dan wajah, dan janganlah
melepasnya
Setelah nasihat itu, si istri langsung mendekat ke tembok. Ia memotong hidungnya dengan pisau. Kemudian, berpaling kepada suaminya dan berkata,
“Apakah setelah ini akan ada pernikahan?”
Dengan kesedihan bertambah, si suami berkata, “Sekarang,
aku akan mati dengan tenang.”
Semoga kita mendapatkan hidayahNya. Semoga menjadi hambaNya yang sabar atas anugerahNya. Amin...
Demikian kisah yang termuat dalam Kitab An-Nawadir. Semoga bermanfaat.
Dzikir Harian
اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ.
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Sayyidul Istighfar:
اللّٰهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لآ إِلٰهَ إِِلآّ أَنْتَ ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ أَبُوْءُ بِذنْبِي، فَاغْفِرْلِيْ ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إلاَّ أَنْتَ
Artinya:
“Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau sudah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan berusaha selalu ta’at kepada-Mu, sekuat tenagaku Yaa Allah. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan yang kuperbuat. Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku, dan kuakui pula keburukan-keburukan dan dosa-dosaku. Maka ampunilah aku ya Allah. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Shalawat Fatih
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .
Semoga hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.
زيني الياس