Ribuan Pelayat Iringi Pemakaman Bani Seventeen
Ratusan pelayat dari berbagai kalangan mengiringi pemakaman jenazah bassis group band Seventeen, Muhammad Awal Purbani yang menjadi salah satu korban tsunami di Tanjung Lesung, Provinsi Banten.
Jasad korban tiba di rumah duka, Senin, 24 Desember 2018 pagi sekitar pukul 08.30 WIB. Begitu tiba langsung disemayamkan di rumah duka untuk disalatkan. Ratusan pelayat terus berdatangan ke rumah orang tua Bani, Fajar Wibowo. Sejumlah karangan buka ungkapan duka juga berjejar di gang masuk ke rumahnya.
Istri korban Cindri Wahyuni tak kuasa menahan tangis ketika peti jenazah korban diturunkan. Apalagi istri korban tengah hamil muda anak keduanya dengan usia kandungan tiga bulan. Begitu juga keluarga besarnya tampak cukup berduka dengan kepergian Bani yang terasa sangat mendadak.
Pelayat mengiringi Bani Seventeen ke Tempat Pemakaman Umum Wismoloyo, Gamping Tengah, Kelurahan Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Bupati Sleman Sri Purnomo, hingga kalangan artis nasional seperti musisi Grup Band Sheila On 7 Erros Candra, dan Adam. Sejumlah anggota grup Band Jikustik, ShaggyDog, dan Endank Soekamti juga tampak mengantarkan jenazah Bani menuju peristirahatan terakhir pukul 13.00 WIB.
Seusai proses pemakaman itu, Erros mengatakan bahwa Bani adalah sosok yang rendah hati serta selalu bersemangat dalam bermusik. "Sebagai musisi dia tidak diragukan lah," katanya.
Erros mengaku kenal Bani justru sebagai teman ketimbang sebagai musisi. Bani bersama anggota group band Seventeen, menurut dia, juga sempat menggunakan studionya untuk rekaman.
"Kalau sesama musisi sih saya tidak terlalu merasa kehilangan, tetapi sebagai teman karena saya sama dia itu temanan dulu dibanding kerja sama di musik," kata pentolan Sheila On 7 ini.
Tetangga Bani, warga RT 04/RW 15, Gamping Tengah, Marjiono mengaku mengenal Bani sejak kecil sebagai pribadi yang supel dan ramah dengan warga sekitar. Meski diketahui sibuk sebagai anggota Band Seventeen, ia juga dikenal sebagai pribadi yang religius.
"Mas Bani saya kenal sejak kecil. Dia dikenal baik dan supel dengan tetangga sekitar. Meski dia (menjadi musisi) band, dia cukup religius. Saya ketemu terakhir pas shalat jamaah di Masjid Assyakur (Gamping Tengah)," kata Marjiono.
Menurut Marjiono, warga RT 04 merasa kehilangan sosok Bani. Musibah tsunami yang menimpa Bani, menurut dia, menjadi pengingat bagi setiap orang bahwa, usia seseorang hanya Tuhan yang tahu. "Kita semakin paham bahwa umur atau usia seseorang itu hanya Tuhan yang tahu," kata dia.
Ayah Bani, Fajar Wibowo mengatakan Bani merupakan salah satu anak kebanggaan keluarganya. Sulung dari lima bersaudara itu cukup sayang dan perhatian dengan adik-adiknya dan kedua orang tuanya. Belakangan ini, dia juga semakin rajin beribadah. "Belakangan dia justru sering menasehati saya tentang agama dari ilmu yang diperoleh dari para ustaz," ujar Fajar.
Bencana tsunami terjadi di beberapa wilayah pantai di Selat Sunda, di antaranya di pantai Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Tsunami terjadi pada 22 Desember 2018 sekitar pukul 21.27 WIB. (wit/ant)