Ribuan Pedagang Konvensional di Mal Jakarta Tutup Terdampak Bisnis Online
Maraknya bisnis online berdampak buruk pada pedagang konvensional atau cara lama. Pelanggannya banyak yang beralih ke penjualan oline. Alasannya harga lebih murah, tinggal pesan lewat internet barang langsung diantar, bisa pilih tanpa ongkos kirim saat ada promo.
Apalagi bisnis online sekarang sudah menggurita di semua sektor hingga ke usaha jasa. Dari pindah rumah, bersih-bersih rumah, atap bocor, mobil mogok di jalan sampai tukang pijat tradisional bisa dipesan secara online. Konsumen tinggal menunggu di rumah sambil duduk manis.
Bisnis e-Commerce selain memanjakan konsumen, harganya lebih murah dibanding pedagang konvensional di pusat pusat perbelanjaan atau mal.
Lewat Online Lebih Murah
Beberapa pedagang konvensional di pusat grosir Pasar Tanah Abang dan mal di Jakarta Pusat, menyampaikan keluhan yang sama, tidak berdaya menghadapi bisnis berbasis internet tersebut.
"Bisnis online bisa menjual barang barangnya lebih murah karena tidak memerlukan investasi untuk tempat usaha, tidak membayar karyawan, tidak terkena pajak. Bisa memasarkan barang dagangannya di medsos (media sosial). Selain itu tidak terkena retribusi macem-macem seperti yang dialami pegang konvensional," ujar Sudirman, salah seorang pedagang di pusat grosir Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat, Rabu 4 Desember 2024.
Pedagang asal Pekanbaru ini menjelaskan, selain tergerus oleh bisnis online, pedagang Pasar Tanah Abang juga dibuat tak berdaya membanjirnya pakaian impor dari China yang harganya lebih murah. "Dengan membawa uang sebesar Rp200 ribu, sudah bisa membawa pulang baju seperti yang dipakai selebritis," ujar Sudirman.
Ia menginformasikan di Pasar Tanah Abang Blok A lebih dari 500 stand yang tutup. Jumlah itu belum termasuk dengan yang dioper ke orang lain.
Beberapa pedagang di ITC Permata Hijau, Taman Anggrek dan di Mall Citra Land juga menyampaikan keluhan yang sama, harus menutup standnya, karena kalah bersaing bisnis online.
Beberapa pedagang di ITC Permata Hijau Jalan Panjang Kebayoran Lama, menyebut di pusat perdagangan yang satu ini jumlah stand yang tutup lebih banyak lagi. Ada yang ditempeli stiker Dijual Cepat, ada tulisan lain yang berbunyi "Dikontrakkan".
"Tidak ada yang beli malah sebaliknya yang dijual malah bertambah banyak,” jelas salah seorang pedagang di ITC Permata Hijau bernama Candrawati.
Ngopibareng.is sudah mencoba menghubungi pengelola ITC Permata Hijau maupun Pasar Tanah Abang, tetapi belum memperoleh jawaban.
Dampak Bisnis Online
Pengusaha Chairul Tanjung mengingatkan dampak negatif dari bisnis e-Commerce yang harus diwaspadai pemerintah. Bisnis berbasis online yang tengah menjamur menurut Chairman CT Corp, berisiko menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Transaksi jual beli atau penyediaan layanan tanpa mendirikan fisik toko secara konvensional tentu tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM) yang bekerja.
Dengan naiknya angka pengangguran, maka secara otomatis akan semakin meningkatkan ketimpangan antara masyarakat kelas menengah atas dan kelas menengah bawah.
“Kalau e-Commerce sudah meng-Indonesia, pedagang kecil akan habis. Misalnya, mereka yang tadinya bekerja menjaga warung, kemudian tiba-tiba warung tidak bisa bersaing. Ini jadi isu yang luar biasa," papar Chairul Tanjung dalam sebuah diskusi di Jakarta.
Ia mencontohkan ketimpangan yang bisa terlihat nyata saat ini adalah dari sisi pasar modal yang dibandingkannya dengan kegiatan ekonomi di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Di mana belakangan ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang berada dalam tren kenaikan (bullish) dan tak berhenti mencetak rekor baru.
"Penjual Pasar Tanah Abang mengeluh market-nya turun. Banyak yang merasa penjualannya tidak sebaik tahun sebelumnya. Sementara bursa mencetak rekor. Jadi kalau bicara ketimpangan ini salah satu ketimpangan yang nyata," terang Choirul Tanjung.
Kondisi ini, lanjut Chairul Tanjung, jelas memperlihatkan bahwa kelas menengah atas semakin sejahtera dan yang miskin akan semakin melarat.
"Terjadi akumulasi aset kapital kepada penguasa kapital itu sendiri. Semakin lama semakin besar sehingga yang terbagi dalam jumlah yang besar otomatis semakin besar. Ini sebuah keniscayaan," tandas dia.
Untuk itu, Choirul Tanjung meminta masyarakat Indonesia untuk tidak berpuas diri merasa produktif dan efisien dalam bekerja. Namun diharapkan bisa membekali diri dengan kreativitas, inovatif, dan menumbuhkan jiwa wirausahanya.
"Itulah yang bisa mengalahkan robot dan komputer, bisa mengalahkan teknologi. SDM dengan ketiga hal itu akan mampu menciptakan teknologi, dan otomatis mengalahkan robot itu sendiri," paparnya.
Bisnis Modern
E-commerce merupakan model bisnis modern yang non-fice (tidak menghadirkan pelaku bisnis secara fisik) dan non-sign (tidak memakai tanda tangan asli)
Sebagai suatu perdagangan yang berbasis teknologi canggih, e-commerce telah mereformasi perdagangan konvensional di mana interaksi antara konsumen dan perusahaan yang sebelumnya dilakukan secara langsung menjadi interaksi yang tidak langsung.
E-commerce telah merubah paradigma bisnis klasik dengan menumbuhkan model- model interaksi antara produsen konsumen di dunia virtual.