Jatim Bagikan 16.520 Rapid Test , Wartawan di Grahadi pun Dites
Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) mendapat kiriman 18.400 alat uji cepat covid-19 atau rapid test dari Kementerian Kesehatan dan Yayasan Tzu Chi Buddha Jawa Timur, pada Kamis 26 Maret 2020 malam. Alat tersebut telah didistribusikan ke 65 rumah sakit rujukan di seluruh Jawa Timur sejak Kamis petang. Uji cepat juga diberikan untuk awak media di Surabaya, rencananya pada Jumat 27 Maret 2020, petang.
Alat uji cepat dengan rincian 10.000 dari Kemenkes dan 8.400 dari Yayasan Tzu Chi Buddha Jawa Timur itu, disebar tak sama jumlahnya antara satu rumah sakit dengan yang lain. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut jika jumlah alat yang dibagikan ditentukan secara proposional, sesuai dengan kebutuhan seperti jumlah tenaga medis, jumlah ruang isolasi, hingga jumlah pasien positif, ODP, dan PDP.
"Untuk 65 rumah sakit rujukan kami berikan 9.500 alat, 7.020 untuk dinas kesehatan kabupaten/kota di Jawa Timur. Sisanya sebanyak 1.800 kita gunakan untuk bufferstock kami," kata Khofifah.
Bahkan tak hanya diberikan kepada rumah sakit rujukan utama dan pertama serta Dinkes kabupaten/kota se-Jatim, alat uji cepat juga disediakan oleh Pemprov Jatim untuk para awak media yang bertugas meliput persebaran covid-19 di Gedung Negara Grahadi.
Rencananya, uji cepat yang dilakukan kepada wartawan akan dilaksanakan pada malam hari ini, Jumat 27 Maret 2020.
Khofifah ingin, para awak media tetap sehat meski harus bertugas di lapangan, melakukan peliputan kondisi terkini covid-19 di Jawa Timur.
"Teman-teman nanti monggo yang berkenan bisa ikut test. Kami sediakan untuk teman-teman," katanya.
Sementara itu, menurut Dirut Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, dr. Joni Wahyuhadi, total alat uji cepat yang disebarkan ke 65 rumah sakit rujukan utama dan pertama, serta untuk Dinas Kesehatan kabupaten/kota sudah lebih dari cukup.
Hal itu bercermin dari total ODP dan PDP di Jawa Timur yang tak mencapai angka 5.000. Selain itu, jumlah tenaga medis pun tak terlalu banyak, sehingga alat rapid test itu dinilainya cukup.
"Kan untuk ODP itu tak sampai 4000an, jadi cukup lah. Kami utamakan untuk tenaga medis terlebih dahulu. Karena mereka itu masuk ODR (orang dengan risiko) tinggi," kata Joni.