Recovery Daerah Tercemar Dioksin Butuh Waktu Panjang
Sentra industri pembuatan tahu di Dusun Areng-areng dan Klagen, Tropodo Krian, Kabupaten Sidoarjo diduga sudah terpapar cemaran dioksin. Lokasi ini sudah sejak puluhan tahun lalu menjadi sentra pembuatan tahu.
Masalahnya, para pembuat tahu di dua dusun ini menggunakan sampah plastik dan kertas sebagai bahan bakarnya. Dua material sampah ini kemudian dicampur dengan kayu bakar.
Dampak dari penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar ini yang kemudian menimbulkan cemaran dioksin. Cemaran dioksin salah satunya dihasilkan dari pembakaran sampah plastik. Cemaran ini kemudian menyebar, dihirup manusia menempel di daun tanah dan lingkungan sekitar lainnya. Kandungan dioksin juga ditemukan di telur ayam kampung milik warga yang dibudidayakan secara liar.
Upaya untuk me-recovery atau mengembalikan lingkungan dari cemaran dioksin ternyata tak mudah. Pakar lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Edi Sujana mengatakan, untuk recovery atau "mengobati" area tersebut agar terbebas dari dioksin butuh proses yang panjang.
"Pertama tentu harus dimatikan sumbernyanya dulu. Setelah mati sumbernya jangan anggap persoalan ini sudah selesai. Harus ada monitoring berkelanjutan untuk udara di daerah tersebut," ungkap Edi Sujana.
Monitoring yang dilakukan ini juga tidak bisa dilakukan sembarang. Menurut Edi Sujana harus ada model atau perumusan yang dibentuk untuk mengatur udaranya.
"Tidak boleh sembarangan, harus dimodelkan di laboratorium oleh ahlinya. Mengenai ke mana arah angin bergerak dan sejauh mana bahaya dioksin bisa tidak dirasakan. Apakah 500 meter kah, 1 kilometer kah. Itu harus ada modelnya," jelasnya.
Selain itu, lanjut Edi Sujana, model yang dibuat untuk monitoring tadi harus benar-benar memperhitungkan arah angin dan lingkungan sekitar. Jangan sampai dibuang dari tempat satu lalu dibawa udara ke tempat lainnya.
Monitoring kadar udara di deerah yang tecemar dioksin juga harus dilakukan secara khusus setiap harinya. Bukan hanya di pagi hari, Edi Sujana juga menyebut juga pada malam hari. Ini dilakukan agar benar-benar mengetahui kadar udara, kelembapan udara, dan sinar matahari di derah tersebut.
"Tidak bisa ditentukan waktunya pada monitoring ini bisa berhari-hari, bertahun-tahun sampai ditemukan hasil udara di daerah tersebut sudah ada pada ambang batas normal. Setelah itu baru lingkungan tersebut dinyatakan aman," imbuhnya.
Edi Sujana menyarankan, bagi orang yang memonitoring daerah tersebut ialah orang yang independen. Tidak terikat dengan pemerintah, pabrik atau lainnya.
"Karena hal ini akan menimalisir saling menyalahkan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dan hasil pun bisa semakin akurat," pungkas Edi Sujana.
Cemaran dioksin sendiri sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Senyawa ini dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan, seperti merusak sistem saraf, kelainan jantung sampai perubahan sel yang berakibat kanker.
Advertisement