Revollars; Membangun Kota Bertingkat, Bukan Hanya Gedung Bertingkat Lho!
JUMLAH penduduk dunia yang tak bisa direm menginspirasi tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Mereka adalah Bagas Yusuf Kurniadi, Kusmiati, dan Ibnu Muslim.
Ketiga mahasiswa FMIPA ini menggagas pembangunan wilayah kota bertingkat.
Jadi bukan sekadar rumah bertingkat. Kota bertingkat. Bukan hanya gedung bertingkat. Tapi kawasan pembangunan yang bertingkat.
Mungkinkah? Sangat mungkin. Sebagai kawasan tentu bukan hanya berupa bangunan beton. Tapi ada lahan hijau, taman, dan bahkan ladang untuk pertanian.
Ciamik dong? Jelas. Bayangkan. Dalam satu kawasan bertingkat itu ada tempat tinggal dan sejumlah fasilitas umum. Misalnya, sekolah, rumah sakit, jalan raya, dan pertanian serta perkebunan.
Konsep kota bertingkat ini diberi nama Revolution of Mega-city Region Development with Gigantic Pillars atau Revollars. Dalam mengembangkan konsep tersebut, ketiga mahasiswa itu dibimbing Dr. Eng. Fahrudin Nugroho, S. Si., M. Si.
Ketua pengembang Revollars, Bagas Yusuf menggambarkan, Revollars merupakan konsep revolusi pembangunan kota yang nantinya kota-kota akan ditopang pilar-pilar raksasa. Kota dalam satu wilayah akan dihubungkan dengan jembatan layang yang dibangun di atas pilar-pilar yang lebih kecil.
“Lahan-lahan akan dibangun beberapa tingkat di atas pilar utama. Sedangkan lahan tambahan akan dibangun mengelilingi pilar utama yang ditopang dengan pilar-pilar yang lebih kecil," tuturnya.
Lalu di mana lahan hijau ditempatkan? Di wilayah permukaan. Jadi yang paking bawah adalah kawasan hijau untuk pertanian, perkebunan, dan hutan hujan.
Tingkat di atasnya dibangun pemukiman. Sedangkan pusat kota ada di puncak pilar utama.
Dengan lokasi yang berada di ketinggian menjadikan struktur wilayah kota efisien. Pusat kota sekaligus bisa untuk mengoperasikan kincir angin dan panel surya sebagai pembangkit listrik.
Sedangkan air yang dialirkan ke atas bisa menjadi sungai dan waduk. Juga air terjun buatan yang digunakan untuk mengoperasikan pembangkit listrik tenaga air.
Kota yang memiliki semua fasilitas ini akan memerlukan lahan yang luas. Namun, dengan konsep ini, kota dan fasilitasnya akan dapat dibangun dengan lahan yang lebih terbatas.
Sayang, ketiga mahasiswa yang super kreatif itu belum menghitung berapa biaya membangun satu kota revollars. Berapa pula diameter pilar raksasa untuk menyangga satu kota.
Seperti fiksi ya? Nggak juga. Banyak hal yang dulu seperti fiksi sudah kejadian saat ini.
Yang pasti, kalau konsep ini bisa direalisasikan, setidaknya akan mengatasi pertumbuhan penduduk dunia yang makin bejibun.
Saat ini, penduduk dunia mencapai angka lebih dari 7,5 miliar jiwa. PBB memerkirakan populasi penduduk dunia akan mencapai angka 9,7 miliar pada 2050. (Sumber Kagama.co)