Revitalisasi Dakwah NU
Oleh Dr. H. Ahmad Fahrur Rozi.
Kehidupan manusia di zaman yang serba modern saat ini makin rumit dengan berbagai permasalahan yang kian kompleks. Mulai masalah sosial, ekonomi, politik keamanan bahkan sampai menyangkut pada permasalahan agama menjadi isu hangat yang cepat beredar tidak bisa terbendung lagi.
Munculnya bebagai masalah ini mengakibatkan kurang harmonisnya kehidupan masyarakat, dimana setiap hari medsos mengabarkan dengan cepat berita hoax, korupsi, kecelakaan, kekacauan, kejahatan , perampokan , pembunuhan bahkan pemerkosaan tehadap anak di bawah umur. Beberapa alasan lain dari faktor kejahatan tersebut karena ekonomi dan minimnya pengetahuan agama oleh sebagian masyarakat.
Modernitas telah membawa kemudahan bagi masyarakat, namun dampaknya juga dapat menghilangkan sisi spritualitas dan membentuk masyarakat yang semakin sekular. Saat ini masyarakat mulai merindukan hal-hal yang bersifat spiritual, wiridan dan siraman rohani untuk ketenangan hatinya, sehingga diperlukan media dan strategi dakwah yang kontekstual dan ramah dalam upaya membantu masyarakat untuk meringankan problema kehidupannya.
Permasalahan permasalahan yang muncul ditengah tengah masyarakat modern saat ini harus dapat di selesaikan , baik dari segi moral dan keimanan maupun dari segi kebutuhan kesejahteraan. Dakwah yang ramah di era medsos dipercaya menjadi salah satu jawaban yang akan membantu masuarakat menyelesaikan masalah tersebut. Dakwah mempunyai tugas penting dalam perbaikan kualitas kehidupan masyarakat, karena itu perlu diupaya lian revitalisasi dakwah sebagai proses perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali dakwah-dakwah para ulama dalam ber amar ma’ruf nahi mungkar mengajak manusia dengan cara yang bijak dan benar agar mereka mau mengikuti ajaran Allah dan Rasulnya dalam segala aspek kehidupannya.
Perubahan revolusi kehidupan modern ditandai dengan berkembanganya teknologi dan pemikiran manusia yang semakin canggih dengan berkembanganya teknologi cyber-physical sistem, internet, jaringan, data and service serta teknologi manufaktur digital. Media sosial di era ini sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai sarana dalam bimbingan dan konseling Islam pada masyarakat karena sifatnya yang flexibel dan tidak membosankan , penggunaan media online sebagai media dakwah Islam merupakan salah satu cara yang efektif, hal ini terlihat dari nilai koefisien korelasi antara penggunan smartphone dengan komponen lain sebesar > 0.71. dengan nilai rata rata penggunaan smartphone dalam sehari lebih dari 8 jam adalah 92%, menunjukkan bahwa dakwah yang disampaikan melalui media internet sangatlah efektif, mudah dipahami oleh masyarakat dan mudah didapatkan dalam setiap waktunya.
Pada era 4.0 para juru dakwah LDNU dituntut untuk mampu melakukan revitalisasi dakwah dan lebih peka terhadap gejala-gejala perubahan sosial masyarakat untuk memperkuat eksistensinya, karena jika bersikukuh dengan cara lama maka hanya akan membuat pendidikan Islam akan terpuruk dan usang. Minimal terdapat tiga poin yang harus diterapkan oleh para dai , juru dakwah LDNU di zaman ini, yaitu : mengubah mindset lama yang lamban menjadi mindset disruptif, melakukan self-driving serta melakukan reshape or create.
Para ulama mengajarkan lima kaidah pilar dakwah yaitu :
1. الإحسان قبل البيان
( berbuat kebajikan sebelum memberikan pengajaran )
2.
القدوة قبل الدعوة
( memberikan keteladanan sebelum mengajak kebaikan )
3.
التربية لا التعرية
( memberi pendidikan bukan mempermalukan )
4.
التيسير لا التعسير
( memudahkan bukan menyulitkan )
5.
خاطب القلب والعقل معا
( berbicara dengan sepenuh hati dan fikiran )
Revitalisasi dakwah era modern saat ini harus visioner dan mengandung semangat tajdid sesuai kemajuan peradaban , di mana upaya penyebaran nilai-nilai Islam dipandang sebagai “nilai kebaikan bersama” yang bertujuan membangun harmonisasi kehidupan umat manusia, dan disisi lain, semangat pembaharuan harus ditunjukkan dalam upaya melihat entitas Islam sebagai “rahmatan lil alamin secara universal”, sehingga selalu sesuai dengan segala perubahan zaman. Semangat inilah yang sebenarnya pernah mewujud ketika pasukan Muslim zaman dahulu justru sangat dihormati dan disegani ketika melakukan serangkaian penaklukan.
Pijakan dakwah secara “visioner- progresif” tidak boleh larut dalam suasana romantisme sejarah , atau menganggap generasi awal Muslim adalah generasi paling ideal untuk kembali “dihidupkan” pada masa kini. Watak visioner tentu memandang masa depan sebagai suatu harapan sekaligus tantangan bagi artikulasi nilai- nilai Islam yang universal, bukan “kembali” ke masa lalu dengan mengadopsi keseluruhannya untuk dijadikan model pada era kekinian. Dakwah juga harus berwatak progresif, dengan tidak didorong oleh semangat “puritanistik” salafy wahaby radikal yang menggebu-gebu, seraya menempatkan segala entitas “pembaharuan” apapun sebagai hal yang bid’ah atau menyimpang dari ajaran Islam yang paling otentik.
Semangat dakwah Islam ala Salafy Wahaby yang berwatak kaku dan tekstual harus dihindarkan , karena pada akhirnya hanya akan menjadi sekadar bentuk “romantisme keagamaan” yang memiliki citra “kolot” dan stagnan. Setiap misi dakwah harus menyimpan energi pembaharuan yang akan terus menerus memberikan dorongan perubahan secara dinamis dalam bentuk-bentuk artikulatif. Islam, tentu saja tidak hanya dipahami sebatas keyakinan, namun lebih dari itu, ia merupakan seperangkat nilai yang komprehensif sedemikian rupa, terbentuk dari jalinan tradisi-tradisi dan budaya, kemudian berpadu secara harmonis membentuk peradaban.
Sejak Islam dilahirkan ditengah realitas keterbelakangan bangsa Arab, kemampuan toleransinya yang sangat mengagumkan, membuat proses Islamisasi terjadi sangat cepat. Peradaban Islam jelas terbangun atas jalinan tradisi intelektual yang berpadu secara harmonis dengan aspek-aspek kebudayaan manusia. Tanpa harus mengikis habis ide-ide pra- Islam yang telah hidup menjadi warisan sejarah dalam tradisi masyarakat, Islamisasi berjalan melalui beragam aktivitas dakwah dengan metodenya masing- masing.
Para ulama wali songo yang menjadi juru dakwah Islam nusantara dapat disebut tokoh intelektual yang cerdas dalam mengemas berbagai pendekatan metodologis, menyebarkan ide-ide Islam secara rasional sehingga hampir dipastikan tidak mempertentangkan aspek-aspek perbedaan tradisi dan budaya yang telah menjadi praktik hidup dalam suatu masyarakat Jawa . Islam sebagai agama dakwah berkembang dalam suasana etika-religius yang toleran dan humanis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan spiritual kehidupan masyarakat Indonesia.
Pergeseran dan perubahan realitas sosial di setiap waktu akan mempengaruhi pola dakwah yang dijalankan para ulama dengan citra dan kekhasan tersendiri yang tidak mungkin selalu sama, mengingat bahwa di setiap wilayah memiliki tradisi sosial yang berbeda-beda. Revitalisasi dakwah menjadi penting dan harus dilakukan dengan kontekstual dan bijak sesuai perkembangan kemajuan .
Revitalisasi dakwah LDNU juga harus mempertimbangkan aspek-aspek perubahan sosial sehingga lebih ramah sesuai dengan kebutuhan peradaban masyarakat di setiap zaman. Revitalisasi dakwah juga harus visioner, melihat jauh ke depan dan ikut serta dalam mempengaruhi setiap perubahan sosial. Kecenderungan reformis-progresif dalam dakwah Islam akan menjaga keotentikan ajaran Islam yang rasional, humanis, dan relevan dengan perkembangan peradaban .
Jakarta, 24/10/2022
Advertisement