Respons Aksi Indonesia Gelap, Renald Khasali: Pemimpin harus Punya Visi dan Keberanian
Akademisi serta praktisi bisnis Prof Renald Khasali memberi respons terhadap aksi 'Indonesia Gelap' yang diprakasai oleh kelompok mahasiswa dan bergulir di hampir seluruh daerah di tanah air. Begitu pula dengan tagar #KaburAjaDulu, yang juga menggema di jagat maya akhir-akhir ini sebagai bentuk kekecewaan warganet atas berbagai kebijakan yang dilahirkan pemerintah.
Menurutnya, kebijakan efisiensi yang menjadi salah satu bahan kritik dalam aksi tersebut, bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Renald Khasali menyebut, negara dengan kekuatan ekonomi besar, seperti Inggris, Jerman, Tiongkok, hingga negara tetangga, Singapura, juga menjalankan kebijakan efisiensi.
Namun, Renald Khasali menyebut, pemimpin harus mampu memberikan penjelasan yang terang atas setiap kebijakan yang sedang direncanakan tersebut kepada masyarakat, khususnya kaum muda.
"Dunianya saat ini sedang berlawanan dengan sebelumnya. Maka, pemimpinnya harus punya keberanian dan harus punya visi. Kaum muda harus diberikan tempat untuk lapangan pekerjaan mereka. Jadi, kalau mereka sekarang tidak dapat (pekerjaan) di sini, mereka ke luar negeri, jangan dihina, jangan disalahkan. Itu sudah normal hari ini," terangnya saat hadir dalam wisuda ke-130 Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, Sabtu 22 Februari 2025.
Guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) ini juga mengatakan, memang dunia saat ini sedang terbuka dan penduduk di negara-negara maju sedang berkurang. Ia pun sempat memberi catatan bahwa ada belasan industri yang mengalami kemunduran.
"Satu adalah industri otomotif karena kita memberikan karpet merah pada mobil listrik. Sedangkan RPN-nya, mereka dibebaskan. Mobil yang biasa tidak dibebaskan. Ya kan karena pajak barang mewah. Sehingga bagaimana ceritanya BYD bisa dijual Rp700 juta, sedangkan Alphard yang sekelas dijualnya Rp 1,2 miliar, Rp 1,3 miliar," papar Renald Khasali.
Selanjutnya, industri yang menurutnya menurun adalah perbankan. Banyak kantor cabang yang harus ditutup karena nasabah sudah lagi datang ke bank. Lalu ada industri asuransi, di mana Risk Base Capital (RBC) semakin turun.
"Kemudian keempat, properti. Ini kan juga anak muda kerjanya di properti. Sekarang properti itu banyak orang bekerja tidak harus di kantor. WFA diberlakukan. Artinya memang jumlah orang yang direkrut di properti berkurang," ucapnya.
Selanjutnya, ada industri tekstil. Renald Khasali menjelaskan, berdasar data yang dihimpunnya dari asosiasi ada 60 perusahaan tekstil yang melakukan PHK terhadap sekitar 250 ribu pegawai.
"Artinya mereka beralih menjadi pedagang, ketimbang menjadi produsen. Ditambah lagi dengan 5 industri yang lain. Konstruksi, pariwisata, medis, startup, dan lain sebagainya," lanjutnya.
Untuk itu, Renald Khasali menawarkan solusi bagi pemerintah agar bisa memperkuat kemampuan dari para pelajar dan mahasiswa, yang merupakan investasi jangka panjang. Ia menjelaskan, kampus jangan hanya memikirkan pengetahuan, tetapi harus memperkuat mental anak didik.
"Karena untuk menghadapi masa depan diperlukan ketangguhan. Ketangguhan ini nggak diajarin di perkuatan tinggi. Ketangguhan itu harus, misalnya gini kalau saya sih ngajarin mereka. Saya suruh ke luar negeri, suruh kesasar ke luar negeri. Tapi uangnya sedikit, mereka bida sukses. Akan bisa belajar. Jadi harus mengajarkan ketangguhan," tegasnya.
Selanjutnya, Renald Khasali pun menawarkan supaya perguruan tinggi mengedukasi para mahasiswa tentang kreativitas serta algoritma.
"Skill masa depan itu algoritma. Saudara bikin tulisan. Dulu saudara tidak mikir hashtag. Hari ini saudara mikir hashtag. Saudara harus mikirin jam berapa harus tayang, mikirin clickbaitnya bagaimana, harus jam berapa tayang. Kemudian pembacanya siapa, penontonnya berapa. Saudara harus mikirin algoritma," jelasnya.
Selain itu, dirinya juga mendorong supaya orang-orang yang sudah tergolong senior harus mulai membangun jembatan dengan anak muda. Menurutnya, banyak kantor serta orang-orang di dalamnya yang sekarang tidak mau menerima lamaran pekerjaan dari Gen-Z.
Untuk itu, Renald Khasali pun mendorong supaya orang-orang tua serta yang menganggap diri senior, harus membimbing anak-anak muda tersebut.
"Karena mereka tahu Gen Z ini orangnya gak bisa kerja penuh waktu, tidak konsentrasi. Baru masuk sebentar, sudah berhenti bekerja. Tapi, kita tidak bisa menghindari Gen Z. Gen Z ini harus dilatih mentalnya. Harus dibentuk, agar mereka bisa siap bekerja," pungkasnya.
Advertisement