Respon Krisis Akhlak, Muhammadiyah Rumuskan Risalah Akhlak
Ada krisis akhlak yang melanda bangsa ditenggarai bisa memicu benih kehancuran. Lebih-lebih dengan adanya media sosial dan viralisasi, akhlak menjadi tidak dikedepankan dalam segala aspek kehidupan termasuk berbangsa dan bernegara.
Memahami pentingnya hal itu, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah merumuskan Risalah Akhlak Islam Reflektif/Filosofis.
Ruslan Fariadi, Anggota Bidang Organisasi dan Kaderisasi Majelis Tarjih PP Muhammadiyah berharap rumusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah sampai pada akhlak reflektif yang nantinya akan terus diseminarkan sebelum menjadi keputusan.
“Tuntunan hasil rumusan ini sama dengan produk tarjih pada umumnya yang akan dijadikan sebagai tuntunan, bahkan tidak hanya bagi warga persyarikatan, tapi juga bagi umat Islam secara keseluruhan. Bahkan oleh para dai, sehingga punya bahan yang sifatnya tematik terkait akhlak mulai dari filosofis dan aplikatif,”ujar Ruslan, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Sabtu 24 Agustus 2019.
Terkait hal itu, digelar seminar yang digelar di Pusat Tarjih Muhammadiyah Kompleks Islamic Center UAD, pada Kamis 22 Agustus lalu.
Hasil rumusan ini nantinya juga menjadi refleksi primer dalam penyusunan materi Al-Islam Kemuhammadiyahan bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) di seluruh Indonesia.
Muhammad Dawam dalam materinya menjelaskan mengenai Rekonseptualisasi Akhlak, dirumuskannya risalah ini sebagai upaya Muhammadiyah mempertegas bahasa yang mudah dihahati masyarakat umum yaitu megunakan kata “akhlak” yang sejalan dan senafas dengan misi Muhammad saw. Sebagaimana diutusnya Rasulullah dalam rangka memperbaiki akhlak.
Muhammad Damami mengingatkan mengenai hadist populer diutusnya Nabi untuk memperbaiki akhlak. Akhlak yang hanya berlaku pada manusia ini, diibaratkan sebagai buku panduan dari sang pencipta manusia supaya manusia bisa terjaga dan awet.
Damami membagi akhlak menjadi dua, yaitu akhlak bersifat eutentik (penjiwaan) yang melekat dan akhlak bersifat kognisi yang ilmiah atau pengilmuan akhlak.
“Sehingga rumusan risalah akhlak nantinya tidak hanya sekadar sebagai pengetahuan tetapi juga dapat diprakterkan,”ujar Damami.
Selain Muhammad Damami, hadir dan memberikan materi lain sesi pertama, konsep akhlak dan indra batin manusia dan fungsinya yang disampaikan Hamim Ilyas dan Ariz Fauzan.
Sesi kedua, tujuan hidup manusia oleh Ustadi Hamsah, peran dan tanggung jawab manusia oleh Musa Asy’ari.
Dan sesi ketiga mengenai kebaikan dan keburukan oleh Achmad Charris Zubair, Kategori-kategori kebaikan dan keburukan oleh Izza Rohman.