Pecel Tumpang Sor Pelem Kediri, Kuliner Baru Favorit Goweser
Hampir setiap hari, warung Nasi Pecel Tumpang Sor Pelem berlokasi di Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, tidak pernah sepi pengunjung. Terutama hari Sabtu – Minggu, pembeli terlihat antre menunggu tempat duduk yang jumlahnya terbatas.
Tak jauh dari warung, sering berjajar beragam sepeda milik goweser. Mereka antre di Nasi Pecel Tumpang Sor Pelem, setelah puas menjelajah bukit Gunung Klotok, dengan sepeda.
"Selain masyarakat sini dan orang dari luar, kebanyakan yang datang para pesepada, "terang Erly Maya Muryati pemilik usaha.
Seporsi Nasi Pecel Tumpang Sor Pelem dibanderol Rp 6.000, di bawah rata-rata harga pecel di Kediri, antara Rp7.000 hingga Rp9.000. Untuk harga super murah itu, pembeli mendapatkan satu porsi nasi pecel atau nasi tumpang dengan pelengkap menu kulup (sayuran), peyek (krupuk) plus potongan lauk tahu dan tempe.
Namun, jangan ditanya kualitas rasanya yang nendang. Plus cara penyajianya masih menggunakan cara tradisional. Setiap porsi nasi pecel tumpang, disajikan beralas daun pisang dan renggong (piring yang terbuat dari anyaman rotan). Sementara untuk minuman pendamping disajikan teh hangat harga Rp 3000.
"Bedanya penyajian yang kami lakukan masih menggunakan daun pisang. Kami tidak pakai piring, kami pakai renggong yang dialasi daun. Banyak dokter yang suka makan di sini, lebih higienis karena habis dipakai daun langsung bisa kami buang," jelasnya.
Selain terlihat tradisional, apa pun menu masakanya, apabila dibungkus menggunakan daun pisang, terasa lebih sedap.
Kata Early Maya Muryati, rintisan usaha kulinernya ini baru buka pada bulan Febuari 2020. Menginjak kurun waktu satu bulan, di saat pandemi jumlah pembeli yang datang justru semakin bertambah banyak. "Ketika pandemi orang yang bersepeda atau gowes semakin banyak. Mereka selalu lewat sini, apalagi lokasi tempat kuliner saya kan dekat dengan lokasi wisata Goa Selomangkleng, " timpal ibu dua anak tersebut.
Kebanyakan para pesepeda ini datang secara berkelompok. Mereka ini bukan hanya berasal dari Kediri, melainkan juga dari daerah terdekat seperti Nganjuk, Tulunganggung dan Blitar.
Erly menilai jika sekarang ini masyarakat cenderung lebih suka kembali ke menu segmen masakan yang lebih natural ala kampung. Karena itu, ia sengaja mengkonsep warungnya tersebut secara tradisional dan ternyata berhasil. Apalagi menu Nasi Pecel tumpang merupakan salah satu masakan tradisional yang sudah melegenda dan menjadi ikon kuliner Kediri.
"Selama ini saya berpikir bisnis kuliner itu, orang-orang kembali ke segmen yang natural segmen kampung, makanya untuk branding Kota Kediri, saya mengambilnya pecel tumpang, "kata dia.
Lebih lanjut Erly mengungkapkan dirinya sengaja memilih nama Nasi Pecel Tumpang Sor Pelem, karena lokasi penyajian masakan dan area warung berada di bawah pohon mangga yang terlihat rindang nan sejuk.
Apalagi sekarang ini,memasuki musim panen mangga, jika berminat, pengunjung diperbolehkam untuk memetiknya. Di samping itu, pengunjung juga memiliki akses untuk berselancar di dunia maya dengan memanfaatkan layanan wifi gratis yang sudah tersedia di warungnya.
"Biasanya ibu-ibu yang minta buah mangga untuk dipetik, terkadang ada yang hanya untuk foto lalu dishare di medsos, " jelasnya.
Resep Kuno Pecel Tumpang Kediri
Masakan nasi pecel tumpang yang dijual di sor pelem semuanya berbahan bumbu masakan dan penyedap alami, tanpa bahan kimia. Hal ini dapat dilihat setiap harinya di dalam kudapan bumbu pecel mau pun bumbu tumpeng, terdapat jenis empon empon seperti halnya daun jeruk, daun salam dan lengkuas.
"Kalau jenengan lihat dalam panci itu, daun salamnya sampai banyak. Memang sengaja tidak kami buang, pembeli biar tahu kalau penyedap kami alami. Juga lengkuas itu kan penyedap, " papar perempuan yang menjabat sebagai Kerala kantor Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto ini.
Sementara penyedap alami yang dipakai untuk menu masakan bumbu pecel lebih diperbanyak menggunakan daun jeruk. Daun jaruk difungsikan sebagai penopang rasa pedes manis agar terasa lebih segar alami.
Erly mengklaim jika masakan bumbu tumpang racikanya ini lebih condong ke resep kuno. Ia melihat jika sekarang ini banyak penjual bumbu tumpang yang warnya terkesan sengaja dibuat warna merah. "Kalau kami tidak, kalau tumpang kuno sebenarnya warnanya seperti ini kecoklatan. Malah terkesanya nggak menarik, tapi begitulah bumbu sambel tumpang sebenarnya. Saya kembali ke selera asal Mbah Mbah kita dulu, "sebutnya.
Racikan bumbu yang dipergunakan untuk memasak bumbu sambel tumpang antara lain tempe, cabai, bawang merah bawang putih. Sementara racikan bumbu pecel menggunakan bahan kacang, cabai merah dan cabai kecil.
Setiap hari Sabtu dan Minggu makanan Nasi Pecal Tumpang Sor Pelem habis terjual tidak sampai pukul 11.00 siang. Setiap hari, ia harus memasak beras hingga 15 kilo gram. "Paling jam 11 siang kami sudah habis, yang masak karyawan. Cuman kalau penentuan rasa dan resepnya saya sendiri, " timpal Ibu rumah tangga yang memang hobi memasak menu tradisional ini.
Kedepan perempuan lulusan S2 bidang hukum ini berencana menambah menu minuman tradisional kesehatan, berbahan herbal empon-empon. Tidak menutup kemungkinan, disaat nasi pecel tumpang habis terjual, pada siang hari diganti menu masakan tradisional lainya seperti rujak dan dawet.
"Nanti ada minuman kunyit, jahe, sama wedang uwuh. Rencananya juga kami tambahkan menu tradisional lain, rujak dan dawet, " imbuhnya.
Advertisement