Madu Mongso Khas Kediri Digandrungi TKI Mancanegara
Produksi kue madu mongso Lina Martasari warga Jalan Brigjen Katamso Kelurahan Kampung Dalem mampu menembus pasar luar negeri. Banyak warga Kediri yang bekerja sebagai TKI di Malaysia, Singapura, dan Hongkong, selalu menyempatkan diri berkunjung ke rumah ibu rumah tangga berusia 36 tahun itu, untuk beli kue madu mongso bikinannya, sebagai oleh-oleh pulang ke perantauan.
"Biasanya para TKI asal Kediri, datang berkunjung ke rumah untuk beli madu mongso dibawa kembali ke tempatnya bekerja. Para TKI ini pulang kampung saat hari raya, setelah itu mereka balik ke negara tujuan," kata Lina Martasari ditemui di rumahnya.
Biasanya, para pekerja TKI ini, membeli sedikitnya lima kilogram, dan paling banyak bisa sampai 11 kilo gram. Momentum hari raya bisa menjadi berkah tersendiri bagi Lina. Karena selama ini kue madu mongso identik menjadi hidangan pendamping di kala lebaran.
Laris saat Lebaran
Sebelum pandemi Covid-19, pada lebaran lalu, ibu tiga anak ini mengaku kebanjiran order pesanan selama satu bulan penuh. Saking banyaknya pemesan, sebelumnya pelanggan harus pre-order terlebih dahulu, pada bulan puasa. Setelah mendekati lebaran, kue pesanan baru bisa diambil.
Karena ramainya order, Lina harus mengajak dua orang tetangganya untuk membantunya produksi. Selama 30 hari, omzet yang didapat oleh alumni SMA Negeri 1 Kota Kediri tersebut bisa mencapai jutaan rupiah atau senilai 1 unit sepeda motor.
"Lebaran kemarin sebelum pandemi nyantol omzetnya senilai 1 unit sepeda motor baru, itu laba bersih. Tapi uangnya tidak saya belikan sepeda motor, " ungkap Lina ditemui di rumahnya.
Produksi Kue madu mongso buatan Lina Martasari sudah ada sejak tanggal 5 Juni 2018 lalu. Lina menceritakan resep kue madu mongso bikinnya tersebut ia peroleh dari neneknya.
Resep Madu Mongso
Semula Lina melihat dan memperhatikan neneknya membikin kue madu mongso di rumah. Ia kemudian mencobanya. Lina tidak mengira jika kue madu mongso bikinannya ini, ternyata mendapat pengakuan dari tetangganya karena rasanya dinilai pas di lidah alias enak.
Ia lalu memutuskan untuk berjualan online. Sambil berjualan, Lina membutuhkan waktu enam bulan untuk mencari komposisi citra rasa yang ideal untuk membuat kue madu mongso.
"Melihat nenek bikin, saya jadi pingin buat lalu coba-coba ternyata mendapat respons positif dari para tetangga. lalu timbul keinginan untuk menjualnya secara online," paparnya.
Setelah dipasarkan melalui sistem online ternyata banyak yang merespon untuk memesan, terutama khususnya dari luar kota bahkan luar pulau sekali pun. Pengiriman luar pulau antara lain Palembang, Sumatera dan tempat lain kecuali Papua dan Maluku. Biasanya untuk sekali pesan, konsumen membeli kue madu mongso 2-4 kg.
Ciri khas kue madu mongso bikinan Lina, semua bahannya memakai ketan hitam, tanpa ada campuran atau oplosan ketan putih sehingga kualitas rasa ketan hitamnya begitu kuat.
"Ciri khas tidak ngeletis, ketan hitam tidak ada campuran. Bedanya kebanyakan punya orang lain dikasih ketan putih, tapi produk madu mongso saya tidak ada campuran sama sekali, " yakinnya.
Karena rasanya yang khas, terkadang ada sejumlah konsumen yang membeli kue madu mongso untuk makanan pendamping.
"Terkadang ada yang mengonsumsinya dengan dilapisi roti tawar serta ada juga yang diminum, dicampur dengan es krim. Jadi kini kue madu mongso bukan hanya sekedar makanan pendamping di saat lebaran, melainkan juga bisa buat kue camilan sehari hari, " ucapnya.
Mbah Tun 399
Karena sudah dikenal luas oleh masyarakat, kue madu mongso bikinannya itu kemudian diberi label Mbah Tun 399. Kue madu mongso merk Mbah Tun dijual dengan harga beragam, tergantung takaran berat isi. Untuk satu kilogram kemasan plastik dijual seharga Rp 75 ribu. Berat setengah kilogram dijual Rp 40 ribu.
Selain takaran kilogram, Lina juga menjual kemasan ukuran 250 gram seharga Rp 25 ribu. Diakuinya pada saat awal pandemi kemarin, Lina sempat menghentikan aktivitas produksinya selama tiga bulan. Hal ini terpaksa ia lakukan karena pada waktu itu orderan memang sepi.
"Kemungkinan waktu itu masyarakat sempat kaget ya dengan kondisi pandemi," katanya. Selama rentang waktu tiga bulan itu, perlahan tapi pasti Lina akhirnya bisa kembali melayani pesanan dari para pelanggannya hingga sampai sekarang.
Lebih lanjut ia merasa sangat bersyukur karena sekitar seminggu yang lalu ia sudah dibantu oleh pemda melalui Dinas Koperasi untuk pengurusan nama merk. Selain itu pihak Dinas terkait juga telah ikut membantu memasarkan produknya.