Pemuda Kampung Lemah Putro Surabaya Ajarkan Wayang ke Anak-anak
Anak-anak tak bisa lepas dari gadget. Perilaku ini cukup meresahkan. Untuk mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget, seorang pemuda dari Kampung Lemah Putro Surabaya kembali menghidupkan budaya bercerita lewat wayang dan dongeng.
Ia adalah Hilmi Ramadhan. Pemuda 23 tahun ini merasa kasihan dengan anak-anak di kampungnya yang tidak memiliki kegiatan setelah mengikuti sekolah daring.
"Saya resah lihat anak-anak karena pandemi ini tidak bisa sekolah dan banyak main HP. Akhirnya, saya mengajak mereka untuk bercerita lewat wayang. Saya kadang juga mendongeng untuk mereka," ujar Hilmi kepada Ngopibareng.id, Senin 1 Februari 2021.
Pemuda yang juga berprofesi sebagai guru ini menceritakan, dirinya sengaja memilih wayang untuk kembali dikenalkan pada anak-anak. Menurutnya, wayang selain jadi tontonan juga bisa jadi tuntunan bagi mereka.
"Selain menonton wayang, anak-anak juga bisa mengambil pelajaran dari setiap cerita yang disampaikan," katanya, Senin, 1 Februari 2021.
Wayang yang digunakan Hilmi hasil modifikasi dengan karakter yang sudah dikenal anak-anak, seperti hewan kancil, Pak Tani, Malin Kundang dan lain sebagainya.
Hilmi juga membuat cerita wayang sendiri yang disesuaikan dengan kegemaran anak-anak. Selain melakukan pertunjukan wayang, ia juga mengajarkan anak-anak tersebut untuk bermain wayang sendiri sesuai imajinasi mereka.
"Saya juga saat ini sedang mengajarkan anak-anak untuk membuat cerita, supaya meskipun di rumah mereka tetap belajar dengan gembira," imbuhnya.
Untuk membuat anak-anak kampungnya nyaman selama belajar wayang dan mendongeng, Hilmi didukung warga sekitar mengubah kantor balai RW menjadi Taman Baca Masyarakat (TBM) Lemah Putro.
Dalam TBM tersebut anak-anak juga difasilitasi buku bacaan dan berbagai permainan bisa dilakukan bersama-sama temannya. "Permainannya memang dipilih yang bisa dilakukan bersama agar mereka jadi guyub dan tidak fokus ke gadgetnya saja," jelasnya.
Di sore hari, Hilmi juga mengajak anak-anak tersebut untuk bermain permainan tradisional seperti ular tangga, gobak sodor, petak umpet, dan sebagainya. Ia pun berharap dapat membawa kampungnya menjadi kampung wisata di Surabaya.
"Pelan-pelan ingin jadi kampung wisata nantinya di Surabaya," tandasnya.
Salah satu anak didik Hilmi, Nahwa Michael mengungkapkan, kecenderungannya terhadap game online mulai berkurang sejak aktif mengikuti kegiatan mendongeng dan main wayang.
"Sebelumnya game online, sekarang berkurang. Sama-sama seru ternyata bermain ular tangga bersama teman-teman," ujar bocah 12 tahun ini.
Seperti diketahui, Kampung Lemah Putro merupakan kampung yang berada di jantung kota Surabaya, tepatnya di sekitar Jalan Basuki Rahmat.
Advertisement