Renungan Ramadan, Iman sebagai Wujud Kokohnya Ketakwaan
Bulan Ramadan adalah wadah kebaikan, dan merupakan lahan bagi setiap insan unuk berlomba-lomba dalam melakukan amal shalih. Dalam hal ini Allah SWT., firmannya:
“Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana puasa itu telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah: 183).
Ayat ini mengisyaratkan kepada seluruh umat Islam untuk meneguhkan keimanannya, dengan sapaan “wahai orang-orang yang beriman” sapaan ini seharusnya dirasakan oleh seluruh umat Islam yang beriman, namun senyatanya, kualitas keimanan tidaklah sama.
Demikian tausiyah Dr. Efa Rodhiyah Nur, M.H., Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung, berjudul "Iman sebagai Modal Kokohnya Takwa". Berikut penjelasan lanjutannya:
Berbicara tentang keimanan seseorang, maka nabi Muhammad saw, bersabda dalam suatu hadis “Iman seseorang naik dan turun, iman naik disebabkan karena ketaatan dan turun karena kemaksiatan”(al-Hadis). Menelaah hadis tersebut, bahwa keimanan seseorang akan istiqqamah dan senantiasa konsisten, sehingga secara serentak hatinya menerima seruan tersebut dan melaksanakan atas inti dari perintah untuk menjalankan suatu kewajiban, yaitu ibadah puasa.
Pasang Surut Keimanan
Namun di sisi lain, iman seseorang juga mengalami masa mengurang, bila mana selalu menjalankan bentuk-bentuk kemaksiatan, yang sehingganya akan dapat menutup relung hatinya, dan bahkan mengikis spirit keagamaannya serta melemahnya aktivitas ibadah yang seharusnya dilakukan, termasuk dalam hal menjalankan ibadah puasa, sehingga mengabaikan dan mengingkari atas kebenaran dari perintah tersebut dengan meninggalkannya.
Spirit ibadah puasa sejatinya adalah tercapainya derajat ketaqwaan kepada Allah SWT. Ibadah puasa juga merupakan salah satu syari’at yang telah diperintahkan kepada para umat terdahulu (syar’u man qablana), dan kemudian syari’at ini diperintahkan kembali kepada umat Nabi Muhammad untuk menjalankan iadah puasa, sebagaimana termaktub dalam ayat “kutiba ‘alaikum al-shiyam” lafadz kutiba yang bermakna adalah diwajibakan, artinya perintah tersebut telah termaktub pada kitabnya para Nabi terdahulu “kama kutiba ‘alaikum al-shiyam” sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian.
Target dari ibadah puasa yang merupakan jihad, sekaligus ujian bagi orang-orang yang benar-benar beriman akan dibuktikan dengan melaksanakan atau tidaknya ibadah puasa, padahal ibadah puasa sejatinya untuk menjadi orang yang bertaqwa ,”la’allakum tattaquun”.
Maka sesungguhnya taqwa bukanlah menjadi jaminan bagi orang yang berpuasa kecuali ia berpuasa dengan sungguh-sungguh, yang dibarengi dengan rasa keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barang siapa yang berpuasa ramadhan dengan penuh rasa keimanan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang akan datang dan yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim).
Puasa yang benar akan terpenuhinya target, yaitu terjaga dari kemaksiatan, menjadi lemah syahwatnya, serta dapat terhindar perbuatan yang dilakukan oleh umat-umat sebelum kita. Semoga kita selalu mendapatkan bimbingan Allah dan dapat tercapai ketaqwaan di bulan suci Ramadhan ini. Amin.
Advertisement