Renungan Kiai Husein, Iblis: Aku Pahlawan Terkutuk (2)
KH Husein Muhammad memiliki banyak kisah dari khazanah Timur Tengah, khususnya Mesir. Tentu saja, Mesir bukan negeri asing baginya. Pengasuh Pesantren Dar-el Tauhid Arjawinangun Cirebon ini, pernah menempuh ilmu keagamaan di Al-Azhar, Kairo.
Dari pengalaman tinggal di negeri tersebut, Kiai Husein Muhammad mencoba menuturkan kisah berikut, bagian 02:
Iblis berpikir lama. “Kepada siapakah gerangan aku harus mengkonsultasikan niatku ini”,
"siapakah yang bisa aku ajak bicara dan memecahkan perasaanku ini", bisik hatinya.
“Aha!”, terial Iblis kemudian, sambil melonjak-lonjak gembira. Ia teringat Paus di Roma.
Semua orang katolik di seluruh dunia mengetahui bahkan meyakini bahwa Paus adalah Imam Agung, Pemimpin Spiritualitas teragung dan wakil Kristus. Iblis segera langsung menuju Vatikan di Roma,tempat di mana Paus bermukim, sekaligus sebagai kepala Pemerintahan Vatikan.
Pintu diketuk. “Siapa?”, kata yang di dalam. “Aku, setan, iblis”.
Paus : Haah?. Silakan masuk. Mau apa kau ke sini, Iblis?.
Iblis : “Yang mulia. Aku sengaja datang kepadamu. Aku akan bertobat. Segala sesuatu tentu ada masa berakhirnya bukan?. Aku akan mengakhiri petualanganku menggoda, mengganggu dan menjerumuskan umat manusia ke neraka. Aku ingin menjadi makhluk Tuhan yang baik dan setia”.
Dada Paus bergetar, mendengar kata-kata Iblis itu. Ia gembira sekaligus bingung. Pikirannya melayang-layang entah ke mana. Bingung bukan kepalang.
Iblis melanjutkan: "Bukankah Kristus pernah mengatakan : “Tuhan Bapa di langit akan sangat bergembira manakala ada hambanya yang bertaubat dari dosa-dosanya?”.
“ Iya benar. Memang. Tuhan Maha Pengasih. Maha Penyayangۧ.
Tapi....tapi....Wah, terus terang, aku tidak bisa membantumu”, jawab Paus dengan suara terbata-bata. Ia sangat bingung harus menjawab apa.
Iblis paham, meski sangat kecewa. Lalu segera pamit dan pergi, sambil mengucapkan terima kasih atas penerimaannya yang santun.
Dengan mengepak-ngepakkan sayapnya, Iblis segera melesat meninggalkan pemimpin agama yang sangat dihormati jutaan orang di dunia itu.
Langkah Iblis sudah bulat menuju Kairo, Mesir, untuk menemui seorang ulama besar dan pemimpin berjuta umat. Ia berkantor di Universitas Al-Azhar, sebuah Universitas Islam kuno, terkemuka dan paling prestisius di dunia muslim. Ia disebut sebagai universitas tertua kedua sesudah Univ. Qairawan di Maroko, yang didirikan oleh seorang perempuan, Fatimah Al Fihri.
Sementara Univ. Al-Azhar didirikan tahun 970 M oleh dinasti Fatimiyah, bermazhab Syiah. Nama Fatimah dan Al Azhar diambil dari nama putri Nabi Fatimah al-Zahra, istri Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Ya, inilah pusat pendidikan agama, tempat beribu ulama besar di dunia pernah menimba ilmu keislaman dan menjadi para pemimpin di negaranya masing-masing. Pemimpin tertinggi Universitas al Azhar ini dipanggil “Al-Syeikh al-Akbar” (Grand Syeikh). Ini adalah jabatan tertinggi di sana yang pada masa awalnya setara dengan posisi Perdana Menteri dalam struktur pemerintahan di Mesir.
Dalam sejumlah hal Grand Syeikh lebih dihormati dan ucapan-ucapannya lebih dipatuhi masyarakat daripada ucapan-ucapan Perdana Menteri sendiri. (bersambung)