Rencana Rini
Menteri BUMN Rini Sumarno kembali jadi buah bibir. Pokok soal, dia melakukan pengantian eksekutif dan komisaris BUMN. Di masa akhir, sebelum pergantian kabinet.
Ada riak tentu saja. Misalnya, Pak Suprajarto. Bankir handal ini milih undur diri dari posisi Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Sebelumnya, dia bos besar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Bagi sebagian orang, penunjukan ini turun kelas. Maklum, laba BRI menembus Rp 30 triliun. Sedangkan BTN hanya Rp tiga triliun. Kapitalisasinya hanya 25 persen dari BRI.
Namun, bagi sebagian lainnya, bisa jadi, penugasan ini untuk mengubah BTN. Maklum, tangan dingin Pak Suprajarto terbukti mujarab. Selama dua tahun memimpin, BRI dibuatnya jadi BUMN pencetak laba terbesar.
Pada 2019, BRI juga menyumbang deviden terbesar dari 113 BUMN. Nilai kapitalisasinya, di pasar saham, hanya kalah oleh BCA. Bisa jadi, ditangan Pak Suprajarto, BTN sekuat BRI.
Tapi, entahlah, apa penyebab sebenarnya riak itu. Karena tidak tahu banyak tentang BUMN, tentu tulisan ini tak akan ke sana. Saya bukan ahlinya.
Cuma, saya tertarik dengan kiprah Ibu Menteri Rini Soemarno. Kadang, bagi yang tak suka dengannya, mereka menyingkat jadi Ibu Rinso. Saya beruntung bisa bertemu dengannya.
Untuk kali pertama, di sebuah even. Acaranya, Makan Pagi Ibu Rini dengan para pebisnis. Belum lama sih, sekira awal bulan Agustus ini.
Pagi itu, wajahnya tersenyum lebar, saat memasuki ruangan. Satu persatu para eksekutif itu, disalami dengan lembut. Mereka duduk meriung di meja panjang.
Setelah sekejap ramah tamah, diskusi pun dimulai. Menu makan pagi, mulai disajikan. Karena saya hanya anggota tim hore, saya mengikuti diskusi dari kursi belakang saja.
“Saya memang banyak bicara. Namun saya bukan pembicara yang bagus,” ucapnya dalam Bahasa Inggris yang fasih.
Ucapan pembuka itu menarik. Dia sedikit merendah. Pasalnya, semua mahfum, siapa yang mahir berbicara, pasti dia pembicara handal.
Menteri Perindustrian di era Presiden Megawati ini, menampilkan paparan pentingnya membangun infrastruktur. Baginya, itu prasyarat menarik investasi. “Lima ribu triliun rupiah, digelontorkan untuk infrastruktur,” tegasnya.
Sebagian besar, uang berasal dari subsidi BBM. Lantas, uang itu juga dialokasikan untuk kebutuhan lainnya. “Kesehatan, pendidikan, serta bantuan bagi keluarga harapan,” papar ibu kelahiran 9 Juni di Amerika ini.
Mimpi pemerintah, setelah perbaikan infrastruktur, target bergeser. Memberbaiki kualitas manusianya. Agar mampu bersaing dengan negara lain.
Selama dua tahun lebih, akhirnya, jalur tol di Pulau Jawa tersambung. Jalan tol di Sumatera dan di Kalimantan, mulai dibangun. Bandara dan pelabuhan tidak ketinggalan.
Tentu mengasyikan, belajar dari Ibu Rini. Tentang caranya menaklukan rimba belantara pembangunan jalan tol. Menurutnya, ada tiga masalah utama.
Pertama, semua izin pembangunan jalan tol sudah diberikan ke operator. Tentu saat pemerintahan terdahulu. Izin itu tidak bisa dicabut.
Kedua, urusan pembebasan lahan. Dalam kontrak, tanah harus dibebaskan oleh pemerintah. Itu mengapa, para operator tidak bisa membangun. Terkendala karena susah membebaskan lahan.
Ketiga, tentu masalah pendanaan. Modal untuk membangun itu. Kalau ngga punya uang, bagaimana bisa membangun.
Solusinya bagaimana? “Para perusaahan BUMN membeli izin operator,” katanya. Untuk urusan pembebasan lahan, Ibu Rini mengaku harus turun gelanggang sendiri.
“Saya menemui Bupati dan Walikota,” ungkap mantan eksekutif di Astra ini. Mereka adalah ujung tombak pembebasan lahan. Punya tangan yang bisa sampai ke pemilik tanah.
Ada juga yang bertanya, mengapa semua dikerjakan oleh BUMN? Disodori pertanyaan ini, Ibu Rini langsung tersenyum. “Kami bekerja di bagian yang berat,” jelasnya.
Maksudnya, ada beberapa konsesi tol yang mungkin tidak ekonomis. Hitungan pengusaha tidak masuk untungnya. “Seharusnya, setelah yang susah selesai, investor yang seharusnya melanjutkan,” harapnya.
Karena beberapa hal kunci, sudah disiapkan oleh negara. Melalui kiprah BUMN tentu saja. Setidaknya, membuat Indoneia makin cantik bagi investasi.
Terkait masalah ke tiga, yakni pendanaan proyek infrastruktur, Ibu Rini tidak bercerita banyak.
Rencana besar lainnya adalah membuat super holding. Holding perusahaan BUMN yang bisa jadi tulang punggung negara. Lantas, Kementerian BUMN akan bubar.
Bisa jadi, rencana itu jauh panggang dari api. Belum bisa dieksekusi dalam waktu dekat ini. Sebelumnya, istilah super holding dipopulerkan Presiden Joko Widodo.
Pak Jokowi menyebutnya dalam Debat Pilpres 2019 putaran kelima, Sabtu, 13 April. Super holding ini, diperkirakan akan meniru model negara tetangga. Temasek di Singapura atau Khazanah Nasional Berhad di Malaysia.
Sebagai mantan orang swasta yang masuk ke pemerintah, dia melihat, kekurangan pejabat kita hanya satu. Mereka memang ahli membuat kebijakan. Tapi, hanya sampai di sana.
Implementasinya? Mereka merasa bukan tanggung jawabnya. Padahal, acap kali, banyak kebijakan tak sesuai konteks di kenyataan. Alhasil, di lapangan banyak kebijakan yang tak terselesaikan.
Untuk itu, diperlukan banyak turun ke lapangan. Untuk yang satu ini, Ibu Rini memuji Presiden Jokowi. Blusukan, adalah cara nyata untuk memastikan, apakah rencana dan target kebijakan terselesaikan.
Dia mengaku sempat frustrasi di awal-awal duduk di posisi Menteri BUMN ini. Hilang suara, juga sempat hilang kesabaran. “Akhirnya banyak deputi yang saya ajak keliling. Melihat proyek secara langsung,” katanya.
Ada juga peserta yang menyinggung, gajinya sebagai menteri. Karena, gaji eksekutif di perusahaan swasta tentu lebih tinggi dari menteri. “Saya tidak masalah dengan gaji menteri itu,” ucapnya dengan senyum simpul.
Baginya, pengabdian untuk negara lebih mulia. Namun, ada satu masalah yang sering menganggunya. “Saat di akhir tahun, saya harus menandatangani persetujuan kenaikan gaji dan bonus para eksekutif perusahaan BUMN,” lanjutnya sambil tertawa.
Ajar Edi, kolomnis “Ujar Ajar” di ngopibareng.id