Rencana Relokasi Suku Pedalaman di Maluku Ditolak
Masyarakat pedalaman dari Suku Mause Ane, Pegunungan Morkelle berencana akan direlokasi oleh pemerintah setempat. Rencana relokasi ini bertujuan untuk mengatasi bencana kelaparan yang melandanya.
Namun wacana relokasi ini ditolak ratusanwarga Suku Mausu Ane di pedalaman Pulau Seram karena dinilai tidak tepat. Pemerintah justru didesak mengirim layanan dasar ke wilayah suku tersebut agar kasus kelaparan tak kembali terulang.
"Relokasi bukan solusi terakhir, ada solusi lain agar tempat tinggal masyarakat adat subur dan layak untuk kehidupan mereka," ujar Yahya Mahmud dari Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara, Jumat, 27 Juli 2018 .
Yahya mengomentari wacana yang dilontarkan Bupati Maluku Tengah, Tuasikal Abua. Seperti dikutip Antara, Tuasikal menginstruksikan kepala desa atau raja maeno untuk mensosialikasikan rencana relokasi.
Tuasikal berkata, ide relokasi muncul sejak kebakaran melanda Pulau Seram tahun 2017. Meski lahan pertanian suku tersebut hancur, ia menyebut suku Mausu Ane khawatir tanah ulayat mereka dicaplok untuk kepentingan bisnis.
"Kendalanya pola hidup mereka kan nomaden, tidak tahu bahasa Indonesia, jadi nanti kita tunggu hasil negosiasi raja maeno dengan mereka dulu,"ujarnya.
Kendala lain yang dianggap membuat orang-orang dari suku Mause Ane ini agak kesulitan mendapatkan akses bantuan dari luar adalah kecenderungan sikap mereka yang mencurigai 'orang luar'.
Diinformasikan, awal Juli lalu, tiga warga Mause Ane meninggal karena kelaparan. Ladang mereka dilaporkan gagal panen sehingga sekitar 170 orang di komunitas adat itu kekurangan bahan makanan.
Sejak awal pekan ini sejumlah instansi mulai mengirim bantuan kepada mereka. Dinas Sosial Maluku Tengah setidaknya memberikan satu ton beras, paket lauk-pauk, dan berbagai peralatan masak serta tenda untuk suku tersebut.
Selain pemerintah daerah, Kementerian Sosial (Kemsos), Tagana, hingga Kodam Pattimura menerjunkan personel untuk mengatasi kelaparan dalam jangka pendek. (ant/wit)