Religiusitas Kelompok Milenial, Ini Fakta Terkini Umat Islam
Saat ini generasi milenial termasuk gen z akan memiliki ketertarikan antara menjadi sekuler dan religius. Mereka yang memilih garis paling kiri akan cenderung sekuler dan mereka yang cenderung memilih garis paling kanan akan menjadi religius.
"Anak muda yang memilih garis paling kiri biasanya bukan remaja yang berasal dari keluarga religius dan biasanya orientasi mereka cenderung individualis bahkan ada sekelompok anak muda yang agnostik."
Demikian diungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Nasyiatul Aisyiyah (NA) Diyah Puspitarini, saat menyampaikan materi religiusitas di kalangan generasi milenial pada Pengajian Ramadan 1443H PP Muhammadiyah, Kamis 7 April 2022 malam.
Garis Paling Kanan
“Kemudian yang memilih garis paling kanan biasanya sangat religius, biasanya mereka berasal dari keluarga yang agamis,” terang Diyah.
Menurut Diyah, memang peran orang tua sangat besar dan penting dalam pembentukan religiusitas anak termasuk ketika anak dewasa atau masuk dalam kelompok remaja akhir atau dewasa awal.
Selain itu, disebut Diyah, bahwa bagi anak muda yang memilih garis paling kanan biasanya berpartisipasi dalam kelompok agama, itu sebagai bentuk ekspresi dan aktualisasi.
“Saya mengambil contoh dari survei yang dilakukan oleh American Institute tentang fenomena religiusitas milenial. Yang menarik di sini, pada poin pertama adalah banyak milenial yang tidak memiliki ikatan dengan agama yang kuat sejak awal. Ini di Amerika, tidak menutup kemungkinan juga apabila ini terjadi di Indonesia,” jelas Diyah, seperti dilansir laman muhammadiyah.or.id.
Kedua, orang dewasa muda semakin cenderung memiliki pasangan yang tidak beragama. Ketiga, perubahan pandangan tentang moralitas dan agama tampaknya telah meyakinkan banyak orang tua muda bahwa lembaga keagamaan sama sekali tidak relevan dan tidak perlu bagi anak-anak mereka. “Banyak ternyata yang berpikiran seperti itu,” kata Diyah.
Sebagai contoh, kemarin ada tokoh milenial yang melangsungkan pernikahan beda agama dengan dua ritual agama yang berbeda. Ini yang terekspos mungkin yang tidak terekspos lebih banyak.
Dengan berbagai hal itu, maka Diyah mengingatkan kembali tugas Persyarikatan sebagai lembaga keagamaan masyarakat harus mulai aware dengan persoalan ini.
“Karena seperti yang disampaikan di awal tadi fenomena religiusitas milenial ini memang sudah sedikit mengabaikan hal-hal yang fundamental,” kata Diyah.
Untuk mengajak para anak muda kembali pada nilai-nilai religiusitas yang benar maka perlu melakukan beberapa pendekatan.
Disebut Diyah, Pertama pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yang humanis atau menenangkan.
Kedua, inklusif (terbuka) dalam pengertian menghargai perbedaan.
Ketiga, dialogis yakni tidak memaksakan konsep atau ide tapi mengutamakan proses.
Maka aksi nyata religiusitas bagi anak muda yang perlu dilakukan menurut Diyah di antaranya membaca kecenderungan milenial (anak muda), menampilkan Islam yang toleran, reformat dakwah yang lebih muda, memunculkan mubaligh mubalighat muda Muhammadiyah, dan menggunakan metode interaktif dalam dakwah.
Terakhir, Diyah mengungkapkan bahwa tugas angkatan muda Muhammadiyah (AMM) semakin berat maka harus saling menopang dan menjaga martabat bersama.