Relawan Mubaligh Tanggap Covid-19, Ini Strategi Muhammadiyah
Semua elemen atau unsur di lingkup Persyarikatan Muhammadiyah digerakkan untuk membantu umat terdampak Pandemi Covid-19, menginggat dampaknya yang multi sektor.
Mengambil langkah strategis dan cepat terkait kasus tersebut, Majelis Tabligh (MT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah membentuk Relawan Mubaligh Tanggap Covid-19 (RMTC-19).
Risman Muhtar, Wakil Ketua MT PP Muhammadiyah yang ditunjuk sebagai koordinator Program RTMC-19 mengatakan bahwa, wabah covid-19 memiliki dampak yang luas dan multi sektor, termasuk mubaligh juga terdampak wabah ini. Meskipun tidak secara langsung terkait masalah kesehatan, mubaligh Muhammadiyah bisa hadir membantu sesuai tupoksinya.
“Kami tidak mau hanya menjadi objek, tapi kita ingin menjadi subyek dalam membantu umat karena wabah covid-19. Kita membantuk RMTC-19, kita menugaskan kepada Pimpinan Wilayah untuk membantu kegiatan ini, mubaligh Muhammadiyah tidak boleh hanya diam,” kata Risman, dikutip Ngopibareng.id, dari muhammadiyah.id, Minggu 5 April 2020.
Sesuai dengan porsi kerja masing-masing, Risman meminta kepada seluruh mubaligh Muhammadiyah untuk bisa menghindari kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya patuh terhadap protokol medis, yakni social/phsical distancing. Sehingga mubaligh Muhammadiyah dituntut untuk lebih kreatif memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah virtual.
Selain itu, mubaligh Muhammadiyah dalam materi tausiyah yang disampaikan tidak boleh mengandung unsur yang menakut-nakuti, sekaligus juga tidak boleh menganggap remeh wabah Covid-19 yang terjadi saat ini. Terkait hal ini diperlukan sikap tengahan/wasathiyah dan kebijaksanaan dari mubaligh dalam berdakwah.
“Utamanya yang perlu disampaikan oleh mubaligh Muhammadiyah adalah fatwa yang dikeluarkan oleh PP Muhammadiyah dan MUI, serta sikap seorang mukmin selama ramadhan dalam keadaan wabah.
"Kedua, mubaligh itu harus memberi tausyiah yang sejuk, tidak boleh nakut-nakutin, tapi juga tidak boleh menyuruh nekad,” tuturnya.
Pesan yang disampaikan tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku yakni la dhararah wa la dhirar (tidak memadharatkan dan tidak dimadharatakan). Sehingga penjagan terhadap keselamatan jiwa menjadi yang utama bagi pelaksanaan Program RMTC-19.
Dalam keadaan seperti sekarang ini, tugas mubaligh kepada mad’u adalah untuk membangun maindset yang benar, sebagai upaya mengurangi hal-hal yang merugikan.
Menghadapi wabah covid-19 sekarang ini diperlukan langkah-langkah cepat dan terukur, diantaranya adalah memerankan fungsi masjid bukan hanya dalam bentuk fisik, tetapi mengalokasikan dana zakat yang terkumpul di masjid untuk membantu meringankan kesusuahan umat.
Akibat imbauan stay at home yang banyak dilakukan masyarakat, berdampak pada perputaran ekonomi di masyarakat bawah, terlebih mereka yang berpendapatan harian.
Risman berpendapat, jika persoalan tersebut dibiarkan berlarut-larut bisa mengakibatkan kerusuhan yang lebih besar. Bukan hanya dampak kongkrit dalam sektor kesehatan, tetapi juga lepasnya kendali masyarakat akibat terlalu lama berhenti berpenghasilan. Sehingga dalam keadaan tersebut rakyat memiliki dua pilihan yang sama-sama merugikan, yakni mati kelaparan atau melakukan penjarahan untuk melangsungkan hidup.
“Sekarang bagaimana cara mubaligh memperkuat iman dan mendorong yang berpunya untuk berbagi, dan jangan sampai diantara kita saling membiarkan karena bisa berdampak besar terhadap kondusifitas negara,” tutur Risman.