Rekom Molor, Pengamat Sebut Strategi PDIP Cegah Oligarki Personal
Surat rekomendasi DPP PDI Perjuangan untuk Pilwali Surabaya tak kunjung keluar. Beberapa kali pengumuman rekom nama kandidat yang diusung dalam Pilwali Surabaya diundur. Mulai dari akhir Juli, awal Agustus, hingga akhir Agustus lalu.
Pengamat politik senior Universitas Airlangga Kacung Marijan mengatakan, mundurnya rekom PDIP ini salah satu strategi politik partai itu. Menurutnya, ada 2 strategi yang diramu PDIP.
"Strategi pertama adalah PDIP mengelola faksi-faksi. Bukan rahasia lagi, di tubuh PDIP sekarang terjadi gesekan antar kader yang masing-masing memiliki jago," kata Kacung, Selasa, 1 September 2020.
Lanjut Kacung, salah satunya faksi Tri Rismaharini. Risma dikabarkan kurang yakin dengan kader organik PDIP yang diusung sebagai L1. Maka, ia menyodorkan kandidat dari birokrat.
"Lama turunnya rekom ini mengindikasikan upaya mengelola faksi-faksi itu tidaklah mudah bagi PDIP," kata Kacung.
Strategi kedua, lanjut Kacung, yang dipikirkan PDI Perjuangan adalah agar bisa menang tahun ini. Selain beban sebagai incumbent, kali ini PDIP dikepung oleh koalisi besar Machfud Arifin yang diisi oleh delapan partai di DPRD Kota Surabaya.
Menurut Kacung, dua strategi itu sangat terkait. Itulah alasan PDIP tak kunjung keluarkan rekom.
"Keduanya terkait. Ketika strategi pertama gagal, peluang calon PDIP kalah bisa lebih besar. Kalau memang tahun ini mudah, logikanya ya turun lebih awal. Risma itu kurang yakin dengan kader PDIP, makanya terjadi tarik ulur," katanya.