Reisa Broto Asmoro, Ahli Forensik jadi Jubir Covid. Apa Tugasnya?
45 jenazah korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, 9 Mei 2012 berhasil diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia. Di dalamnya terlibat tenaga forensik yang berupaya mengenali jenazah. Dokter Reisa Broto Asmoro juga terlibat sebagai tenaga forensik dalam tim DVI Indonesia.
Lantas apa yang dilakukan tenaga forensik dalam sebuah bencana?
Dilansir dari berbagai sumber, ahli forensik memiliki sejumlah pekerjaan berbeda. Pertama, mereka bertugas mengamankan dan menganalisis secara ilmiah bukti dari sebuah lokasi kecelakaan. Sehingga selain datang ke sebuah lokasi kecelakaan atau bencana, ahli forensik juga melakukan penelitian di dalam laboratorium. Mereka yang berada di dalam laboratorium, bertugas menerima bukti dan meneliti objek yang disampaikan pada mereka.
Seorang forensik terkadang juga bertugas untuk berkomunikasi dengan aparat penegak hukum yang terlibat dalam sebuah peristiwa.
Dari pekerjaan tersebut, tenaga forensik juga berisiko terpapar kondisi yang berbahaya di luar ruangan. Mereka rentan dengan kondisi ekstrem seperti panas atau dingin, hujan, atau angin, hingga salju jika di luar negeri.
Seperti diketahui, Reisa Broto Asmoro, terlihat mendampingi Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto.
Selain terlibat dalam tim komunikasi Gugus Tugas Covid-19, Reisa Broto Asmoro juga memiliki keahlian di bidang forensik dan dikabarkan tergabung dalam tim DVI dalam kecelakaan pesawat Sukhoi.
Reisa Broto Asmoro mengenyam pendidikan tinggi di dua kampus berbeda, yaitu di Universitas Pelita Harapan dan Universitas Indonesia, serta bekerja di di RS Polri Raden Said Soekantor Kramat Jati, sejak 2012 lalu.