Regulasi Diri Dalam Belajar, Tingkatkan Prestasi Belajar Anak
Pekerjaan sosial bisa dilakukan siapa saja, tidak memandang pekerjaan dan usia. Hal ini dibuktikan oleh Gayatri Sukma Murti, mahasiswa jurusan Psikologi dari Universitas Surabaya (Ubaya) yang berhasil melakukan pendampingan pada anak putus sekolah untuk kembali bersekolah.
Dalam proses pendampingan, Gayatri menggunakan teknik regulasi diri dalam belajar. Teknik yang digunakan Gayatri ini bentuknya seperti kuisioner mengenai pengaturan diri dalam belajar.
"Jadi kuisionernya ini saya berikan satu kali pada adik asuh saya. Namun, untuk interfensinya saya lakukan seminggu setiap pertemuan," kata Gayatri.
Lanjut Gayatri, interfensi yang ia lakukan pun bisa dibilang secara tidak langsung dengan berkomunikasi. Misalnya dengan menanyakan hal-hal biasa, seperti bagaimana hari ini sekolahnya, nilai sekolahnya berapa, ujiannya tadi susah apa tidak, dan pertanyaan ringan seputar kegiatan di sekolah.
"Cara-cara ini saya lakukan agar adik asuh saya percaya bahwa saya benar-benar ingin membantunya dan saya peduli padanya," jelasnya.
Menurut Gayatri, dengan pendekatan seperti itu, terbukti bisa meningkatkan regulasi belajar adik asuhnya.
"Selama enam bulan ini terbukti, prestasi belajarnya meningkat. Waktu itu dia peringkat lima dan sekarang naik ke peringkat tiga," ungkapnya.
Gayatri berharap cara seperti ini dapat diteruskan oleh orang tua adik asuh yang ia dampingi.
"Karena kebiasaan seperti ini tidak bisa diterapkan sehari dan dua hari. Butuh waktu berbulan-bulan. Dan yang terpenting memberikan motivasi dan hadiah kecil seperti snack, biar mereka tambah semangat," pungkasnya.
Atas kegigihanya, Gayatri mendapatkan juara 2 kategori inovator dalam menjalankan program pendampingan dari dari Dinas Sosial.
Advertisement