Refleksi Zaman yang Gelisah
KH Husein Muhammad berkesempatan merenung saat sendiri pada malam larut dan sepi. Tentang diri dan membaca zaman yang datang berjalan dan yang pergi.
"Dalam permenungan itu aku membaca zaman yang gelisah. Dunia galau, manusia-manusia yang ditelikung kecemasan. Celoteh yang tak jelas dan kata-kata yang tumpang tindih, cacimaki, sumpah serapah, hoaks, kabar simpang-siur, gemuruh berebut citra diri, dan pelampiasan segala hasrat untuk kenikmatan diri. Merampas hak milik orang lain, memaksakan kehendak, pencitraan diri untuk kekuasaan dan pamer kekuatan kuantitas.
"Aku juga melihat makin banyak orang yang tampil dengan asesori-asesori kesslehan personal agar orang lain kagum dan "ta'zhim" kepada dirinya. Sementara demikian mereka memandang dan menganggap semua orang seakan tak berharga, tak hebat, tolol, kecuali dirinya.
"Keseimbangan ruang sosial tampak sedang terganggu dan mencemaskan. Ini adalah realitas-realitas kehidupan yang terus bergerak begitu bebas bahkan liar dalam siklus-siklus kehidupan yang entah sampai kapan akan berakhir. Ia adalah produk zaman yang terserah orang ingin menamainya apa. Dunia manusia di hadapan kita sarat paradox, ambigu, ambivalen."
Paradoks
Menurut Kiai Husein, hari-hari kemarin, paradoks kegelisahan manusia itu begitu nyata, menyeruak di setiap ruang. Pertarungan sedang berlangsung, nyaris bagai kisah Perang Baratayuda dalam legenda Mahabarata. Dan dalam kondisi itu Tuhan selalu menjadi senjata paling ampuh untuk mengalahkan dan menindas yang lain.
"Tetapi pada saat yang sama Agama menjadi sumber kenikmatan dan tempat bersembunyi yang paling aman, nyaman dan menjanjikan sorga yang di sana ada bidadari-bidadari jelita yang matanya meluluhkan dan meruntuhkan jiwa yang berjalan-jalan di taman-taman bunga warna-warni nan wangi, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai bening."
Fa'tabiru
Syams al-Din Muhammad al-Syahrzuri (w. 1288 M), filsuf, sejarawan dan dokter, pada pendahuluan bukunya “Nuzhah al-Arwah wa Raudhah al-Afrah fi Tarikh al-Hukama wa al-Falasifah”, memberi saya pengetahuan yang penting untuk direnungkan. Ia mengatakan :
“Zaman telah sunyi senyap dari kehadiran para tokoh besar kemanusiaan, tokoh bijakbestari. Umat manusia diliputi oleh ketidakmengertian, kegalauan dan kebimbangan. Mereka kehilangan cara dan jalan mengarungi kehidupan yang baik. Bila engkau seorang intelek yang tekun dan pemikir yang memperoleh anugerah Tuhan, seyogyanya mencari-cari kabar mereka dengan sungguh-sungguh dan mengikuti jejak mereka. Fa'tabiru.
Demikian KH Husein Muhammad menyampaikan renungannya.