Ketakwaan Sosial yang Disepelekan, Problem Kita Hari Ini
"Agama hadir untuk menjadi lilin yang menerangi hati dan mencerahkan pikiran, bukan bikin hati menjadi gelap dan pikiran jadi beku."
KH Husein Muhammad, belum lama ini, bicara di forum seminar, yang diselenggarakan oleh Litbang Pelayanan Masyarakat Kemenag. Bertempat suatu resort di Beber, Cirebon. Pengasuh Pesantren Dar-el Tauhid, Arjawinangun ini menyampaikan ini :
Realitas bangsa Indonesia sampai hari ini tetap saja tak bergerak ke arah kehidupan sosial yang lebih baik. Praktik hidup dan berkehidupan masyarakat memperlihatkan masih banyak kondisi yang tak sejalan dengan norma-norma agama atau sebagaimana yang dianjurkannya.
Realitas Indonesia adalah bangsa dengan kemiskinan yang besar, tingkat kesehatan yang masih buruk, dan yang fenomenal adalah tingkat korupsi dan suap (risywah) yang tinggi di dunia. Korupsi dan suap telah menjadi praktik yang menyebar dan merembes ke dan di mana-mana. Sebagian orang menyebut “korupsi dan suap telah menjadi banal.
Pada dimensi lain, kekerasan atas nama agama, radikalisme atau ekstrimisme kekerasan, premanisme, kekerasan seksual, dan sejumlah pelanggaran hak-hak asasi manusia lainnya terjadi hampir setiap hari dan di banyak tempat di negeri ini. Adalah sungguh ironis bahwa kondisi yang buruk dan memprihatinkan ini justeru terjadi dalam sebuah bangsa dengan jumlah warga Muslimnya yang sangat besar, bahkan terbesar di dunia.
Kesimpulan yang mudah kita tangkap adalah bahwa perilaku sebagian masyarakat muslim Indonesia masih memperlihatkan wajah-wajah yang paradoks. Ibadah individual yang bergemuruh dengan ratusan ribu tempat ibadahnya yang megah dan di mana-mana serta puluhan ribu lembaga-lembaga pendidikan agama itu ternyata tidak/belum merefleksikan makna ketakwaan sosial, ekonomi, politik dan budaya, dan belum menunjukkan kemajuan yang berarti dalam kehidupan masyarakat muslim.
Bangsa Indonesia yang besar ini belum bisa membuktikan dirinya sebagai:
“Khair Ummah ukhrijat li al-Nas”
(Bangsa yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia).
Kenyataan yang sungguh memprihatinkan ini memerlukan perhatian dan menjadi tanggungjawab kita bersama untuk mengubahnya. Praktik-praktik hidup yang buruk dan bertentangan dengan nilai-nilai dan moralitas agama harus dihentikan.
Agama hadir untuk menjadi lilin yang menerangi hati dan mencerahkan pikiran, bukan bikin hati menjadi gelap dan pikiran jadi beku.
Agama dipeluk karena menghadirkan pesona keramahan dan kasih, bukan kemarahan dan kebencian
Agama hadir untuk mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia bukan menceraiberaikan dan menciptakan permusuhan.
Politik adalah berpikir keras untuk menemukan jalan yang benar dan bekerja sampai batas taktertanggungkan bagi kebahagiaan semua manusia.
Demikian KH Husein Muhammad (19.02.2021)
Advertisement