Realisasikan Proyek IPAL, Pemkot Gandeng KPK dan Pihak Jepang
Kondisi limbah medis di Surabaya sangat membahayakan bagi keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan. Bahkan, limbah medis lebih berat penanganannya dibandingkan limbah sampah biasa.
Hal itu diungkap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menerima perwakilan Kota Kitakyushu, Jepang, di Balai Kota Surabaya, Kamis, 22 November 2018.
Dalam pertemuan itu, Pemerintah Kota Kitakyushu siap membantu realisasi Proyek pembangunan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) di Surabaya dalam waktu dekat. Mereka secara khusus bersedia menjadi bagian tim proyek ini.
Risma lantas meminta staffnya untuk membuat surat kepada beberapa jajaran mulai Kemendagri, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Keuangan, Kementerian Kesehatan, BPK, Bappenas, LKPP, beberapa LSM, Polda, dan Mabes Polri.
"Nanti mereka kita undang untuk menjadi tim. Semakin banyak yang dilibatkan semakin baik," kata Risma.
Risma juga meminta kepada pihak Pemerintah Kota Kitakyushu membuat surat untuk mengawasi proses mekanisme ini.
Sehingga, lanjutnya, pihak yang ada di sini tidak ragu sekaligus memantapkan bahwa pembangunan limbah rumah sakit mendapat pengawasan dari pihak yang berkompeten. "Supaya ada jaminan keamanan," tuturnya.
Dari kerjasama ini, Risma menyebut Pemkot Surabaya mendapat jaminan kualitas bahan dan harga lebih murah berkat dibantu Kitakyushu.
Bahkan, pemkot juga mendapat bantuan ahli mulai dari pembangunan hingga pemasangan yang nantinya tetap diserahkan kepada Pemkot Surabaya.
"Selanjutnya, ada transfer knowledge agar kita bisa mengoperasikannya sendiri," terang Wali Kota Risma.
Selain itu, dalam proyek ini Risma juga melibatkan Komisi Pemberantasan Korups (KPK) sebagai pengawas. Tujuannya, kata Risma, agar dikemudian hari tidak ada pihak yang disalahkan.
"Untuk pencegahan, supaya tidak ada masalah saat proses pengerjaanya dan KPK sudah siap membantu. Tinggal, kita buatkan surat," ujar wali kota perempuan pertama di Surabaya.
Sementara itu, perwakilan Kitakyushu, Shiho menambahkan bahwa pihaknya telah memberikan gambaran terkait titik transport dan pembuangan limbah medis.
Shiho mengaku juga menawarkan 3 cara teknologi untuk menangani limbah medis kepada pemkot surabaya. "Semoga diterima dan ditindaklanjuti," ujarnya.
Melihat keseriusan Pemkot Surabaya, Shiho optimis pengelolahan limbah medis yang akan dibangun di Tambak Osowilangon ini, akan berjalan dalam waktu dekat.
Pasalnya, kata dia, semua jumlah pemasukan dan pengeluaran dalam proyek ini sudah dihitung secara rinci. Termasuk juga data-datanya sudah dianalisa.
"Jika tidak ada halangan, pengerjaan dimulai pada awal atau pertengahan 2019 dan ini bisa menjadi percontohan pertama di Indonesia," katanya. (frd)