Razia FPI di Pamekasan Berujung Bentrok, 10 Orang Terluka
Aksi penyisiran (sweeping) yang dilakukan Laskar Pembela Islam di Pamekasan berujung bentrok. Masyarakat setempat melakukan perlawanan sehingga membuat 10 orang menjadi korban termasuk ibu-ibu dan anak di bawah umur.
Laskar yang berdiri di bawah organisasi Front Pembela Islam (FPI) itu melakukan penyisiran di Desa Ponteh, Kecamatan Galis, Pamekasan. Mereka menduga di desa itu ada salah satu rumah warga yang dijadikan tempat prostitusi ilegal.
Salah seorang saksi mata, Agus Aini menjelaskan peristiwa kekerasan tersebut. Anak-anak yang menyaksikan langsung bentrokan tersebut mengalami trauma.
"Saat kejadian, ada kegiatan ulang tahun anak di rumah. Tiba-tiba segerombolan orang berbaju putih datang dan menyeret perempuan yang datang ke rumah mengantar anak-anak mereka pada acara ulang tahun itu," kata Agus Aini seperti dikutip Antara, Minggu 21 Januari 2018.
Anggota Laskar menduga kerumunan perempuan yang mereka seret itu adalah pekerja seks komersial (PSK). Padahal, menurut Agus Aini, perempuan yang diseret itu adalah ibu-ibu yang diundang hajatan ulang tahun anak.
Akibat aksi penyisiran itu, sejumlah warga dan tetangga Agus Aini langsung membela ibu-ibu tersebut. Bentrok antara anggota LPI dengan warga Desa Ponteh pun tak terhindarkan.
Bahkan, Agus Aini sempat pingsan saat kejadian itu karena hendak dibawa paksa oleh pasukan Laskar.
"Anak-anak banyak ketakutan, menangis histeris, karena situasinya seperti sedang carok, apalagi pasukan LPI itu membawa pentungan," ujarnya.
Kasat Reskrim Polres Pamekasan AKP Hari Siswo mengatakan, pihaknya telah mengantongi sejumlah barang bukti terkait bentrokan tersebut. Beberapa di antaranya, pecahan kaca mobil LPI yang dirusak warga, sejumlah pentungan yang diduga dibawa oleh anggota Laskar, serta alat serbuk cabai yang digunakan pasukan LPI saat melakukan penyisiran.
Berdasarkan data kepolisian, lima orang warga Desa Ponteh menjadi korban dalam bentrokan itu. Masing-masing bernama Agus Aini (35), Satruki (45), Hamidi (28), Hamid (28) dan Suramlah (55). Selain dari pihak warga, ada juga anggota Laskar yang menjadi korban.
"Kelima orang ini, semuanya warga Dusung Langtolang, Desa Ponteh, Kecamatan Galis," kata Hari Siswo.
Satruki mengalami luka memar di kepala bagian atas dan dahi karena terkena pentungan. Sementara Hamidi mengalami perih di mata karena tersiram air cabai.
Selain itu, Hamid mengalami luka di bagian dada. Korban lainnya, Suramlah mengalami shock karena nyaris dipukul oleh kelompok LPI.
Hari Siswo mengatakan, pihaknya akan mengusut tuntas kasus kekerasan atas nama agama yang terjadi di Pamekasan tersebut. Selain meresahkan masyarakat, menurutnya, kasus ini telah menjadi perhatian pimpinan di tingkat pusat.
"Kasus LPI ini sama halnya dengan mengabaikan peran aparat keamanan dan aparat penegak hukum di negeri ini," ujarnya.
Panglima LPI Madura Abd Aziz Muhammad Syahid mengatakan, pihaknya melakukan aksi penyisiran sebagai upaya mengamalkan ajaran Islam.
"Ini jelas bertentangan dengan syariat Islam, serta visi misi Kabupaten Pamekasan yang telah menjalankan syariat Islam melalui program Gerakan Pembangunan Masyarakat Islami (Gerbang Salam)," ujar Aziz.
Sebelum melakukan aksinya, kata Aziz, LPI telah meminta Pemkab dan aparat penegak hukum untuk melakukan penertiban prostitusi di Pamekasan. Namun menurutnya, permintaan itu tidak dihiraukan.(ant)