Rawat Optimisme Pendidikan, Atasi Guncangan di Masa Pandemi
Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud, M. Hasan Chabibie mengatakan, sektor pendidikan Indonesia mengalami guncangan hebat pada masa pandemi, dengan tutupnya sekolah karena kebijakan, sekaligus juga kurangnya persiapan untuk pembelajaran jarak jauh.
"Kami sering mendapat kritikan, terkait kendala di sektor pendidikan di masa pandemi ini. Jangankan Kementerian Pendidikan, negara-negara di dunia ini hampir semua terkena dampaknya. Jangankan Kemendikbud, Negara ini saja juga mengalami resesi. Bahkan, sejak awal diprediksi kenaikan ekonomi hingga 5 persen, karena pandemi jadi darurat resesi.
"Tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bagaimana agar SDM terbaik di Indonesia ini tetap terjaga nyala api belajarnya," ungkap M. Hasan Chabibie, yang juga pengasuh pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat, dalam keterangan Kamis 31 Desember 2020.
Di tengah pandemi ini, pelbagai sektor mengalami tantangan besar. Sektor ekonomi dan kesehatan mengalami guncangan, juga sektor pendidikan. Namun, kita harus terus merawat optimisme untuk menguatkan dunia pendidikan negeri ini.
M. Hasan Chabibie, yang juga Plt PP Mahasiswa Ahlit Thariqah An-Nahdliyah (MATAN), tampil dalam webinar diselenggarakan Klikcoaching, pada Rabu 30 Desember 2020. Selai itu, agenda ini dihadiri beberapa narasumber, seperti Dr. Hanif Saha Ghafur (Ketua Bidang Pendidikan PBNU), Prof. Agus Sartono (Deputi Bidang Pendidikan dan Agama, Kemenko PMK), Prof. Unifah Rosyidi (Ketua Umum PB PGRI), Budy Sugandi (CEO Klick Coaching) dan Choirul Anam (Koordinator PPI Dunia).
Hasan menambahkan bahwa di masa pandemi, kesehatan merupakan hal terpenting.
"Semua aktifitas yang sifatnya tatap muka, ditahan untuk sementara. Kenapa? Kami teringat pidatonya Presiden Jokowi, dalam kondisi pandemi semacam ini, kesehatan adalah hukum tertinggi. Semua bisa ditunda, yang penting kesehatan nomer satu," jelas Hasan.
Selain itu, Hasan menyampaikan bahwa pihaknya terus merawat optimisme, terus melangkah untuk mengeksekusi program yang solutif, di antaranya dengan bantuan paket kuota internet.
"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas dukungan Kementerian Keuangan dan Komisi X DPR RI, meluncurkan bantuan Kuota Internet untuk peserta didik, pengajar dan dosen. Ini bukti bahwa kita semaksimal mungkin menjaga optimisme dunia pendidikan kita.
"Nah, kita sudah mendeliver bantuan kuota internet kepada sekitar 35 juta. Ini program sangat massif, yang dilakukan dalam waktu sangat singkat," ujar Hasan, yang juga penulis buku Digital Literasi.
Hasan melanjutkan, timnya dikasih tantangan dari Mendikbud untuk mensukseskan program bantuan kuota internet.
"Saya ingat waktu itu, kami diberi waktu 1 bulan oleh mas Menteri Mendikbud. Dalam satu bulan, kami diminta kumpulkan 40 juta nomer telpon. Kemudian, melakukan verifikasi dan validasi. Sekaligus, berkomunikasi dengan operator seluler, untuk negosiasi, yang alhamdulillah harganya di bawah pagu normal.
"Selain itu, mengirim ke masing-masing nomer sesuai dengan paket," pungkasnya.
Sementara, Ketua Bidang Pendidikan PBNU, Dr. Hanief Saha Ghafur, menyampaikan bahwa penting adanya standar penjaminan mutu internal untuk menguatkan pendidikan kita.
"Ke depan, perlu ada sistem penjaminan mutu internal bagi sekolah. Kalau di perguruan tinggi kita sudah ada, alhamdulillah, meski belum sempurna. Maka, wajib ada standar bagi penjaminan mutu internal. Selain itu, penting juga mendorong adanya peningkatan kualitas organisasi penjamin mutu. Dalam hal ini, yang terpenting yakni kebijakan mutu nasional," ungkap Hanief Saha Ghafur.
Tantangan pendidikan di tengah pandemi ini, membutuhkan kolaborasi lintas pihak dan optimisme untuk menjaga nyala api pembelajaran negeri ini.