Rawan Corona, Denmark akan Musnahkan 17 Juta Ekor Ceperlai
Cerpelai ternyata binatang yang rentan terhadap virus SARS-CoV-2. Bahkan binatang mamalia yang nama ilmiahnya mustela ini menjadi "inang yang baik" untuk penyakit tersebut. Di Denmark, belasan orang terinfeksi corona karena binatang ini, menurut pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Karena itu Denmark berencana memusnahkan seluruh populasi cerpelai dan mengumumkan pembatasan ketat lanjutan di utara negara tersebut guna mencegah penularan virus corona pada binatang dan manusia. Cerpelai punya nilai ekonomis tinggi, banyak negara mendatangkan bulu ceperlai.
"Jadi, tentunya terdapat risiko bahwa populasi cerpelai ini dapat berkontribusi melalui berbagai cara penularan virus dari cerpelai ke manusia, dan kemudian dari manusia ke manusia," kata Catherine Smallwood, pejabat kedaruratan senior di kantor WHO Eropa di Kopenhagen.
Sementara penelitian terhadap varian spesifik virus ini signifikan, ia mengatakan "sangat normal" bagi virus untuk berubah secara genetik berkali-kali.
"Kami sedang melacak (perubahan) ini secara sangat hati-hati dan itulah sebabnya kami begitu tertarik pada informasi khusus ini," katanya. Ia menambahkan bahwa hal itu seharusnya tidak mengubah cara pemerintah dan otoritas di seluruh dunia dalam upaya mengendalikan pandemi.
Hans Kluge, direktur WHO kawasan Eropa mengatakan Denmark menunjukkan "tekad bulat dan keberanian" dalam menghadapi keputusan untuk memusnahkan populasi cerpelai yang ada di negara ini, yang berjumlah 17 juta, yang memiliki "dampak ekonomi yang luar biasa."
Sebelumnya, seseorang yang bekerja di peternakan di Belanda, tempat cerpelai dibudidayakan untuk diekspor bulunya, terinfeksi virus corona dari hewan tersebut, demikian bunyi surat Menteri Pertanian Belanda Carola Schouten kepada parlemen.
Wabah di peternakan cerpelai di Belanda pertama kali dilaporkan pada April, saat penjaga memberi tahu bahwa sejumlah hewan mengalami kesulitan bernapas sehingga memicu penyelidikan lebih lanjut.
Dalam suratnya, Schouten mengaku laporan awal dari kantornya bahwa manusia dapat menginfeksi hewan tetapi tidak sebaliknya, salah. Namun, ia mengatakan Institut Kesehatan Masyarakat Belanda masih menaksir adanya peluang kecil penularan di luar kandang hewan.
Schouten tidak menjelaskan dalam suratnya bagaimana kondisi pekerja tersebut.
Bulu cerpelai dipasarkan di China, Korea, Yunani dan Turki. Setelah mendapat tekanan dari para pembela hak asasi hewan, pemerintah Belanda pada 2013 melarang peternakan cerpelai. Ia mengatakan peternakan yang sudah ada harus ditutup pada 2024. (ant/rtr)