Ratusan Ikhwanul Muslimin Turki Berkabung Atas Kematian Morsi
Ratusan pendukung Ikhwanul Muslimin (IM) turun ke jalan-jalan di Ankara, ibu kota Turki, dan Istanbul, Selasa, 18 Juni 2019 berkabung atas kematian mantan Presiden Mesir, Mohamed Morsi, dan sejumlah pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang menyalahkan pihak berwenang di Kairo atas kematiannya.
Sekitar 500 orang di Ankara berdoa di jalan pusat kota menghentikan lalu lintas di luar Kedutaan Besar Mesir. Berbeda dari suasana di Kairo tengah pada Selasa pagi, tak ada tanda-tanda protes. Mesir sudah mengambil tindakan keras atas kelompok-kelompok Islam sejak penggulingan Morsi.
Kerumunan massa di Ankara meneriakkan "Sisi Pembunuh. Mursi Syahid" dan membawa bendera-bendera yang bertuliskan "Kudeta akan dikalahkan", sebuah rujukan ke penggulingan Morsi.
Ratusan pengunjuk rasa lain juga menghadiri pemakaman simbolik di Distrik Fatih, Istanbul, dan memengang foto-foto Morsi dengan meneriakkan "Allahu Akbar".
Kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia menyerukan penyelidikan atas kematian Morsi dan mempertanyakan perlakuan selama penjara. Pemerintah Mesir telah membantah tuduhan-tuduhan bahwa ia tidak diberi perawatan sebagaimana mestinya.
Morsi, juga anggota Ikhwanul Muslimin yang sekarang dilarang di Mesir, meninggal pada Senin, 17 Juni 2019 setelah jatuh di satu pengadilan Kairo ketika mengikuti persidangan atas dakwaan-dakwaan spionase.
Morsi yang berusia 67 tahun ditahan sejak tentara yang dipimpin Presiden Mesir sekarang Abdel Fattah al-Sisi menggulingkannya pada 2013 setelah hampir setahun ia menjadi presiden menyusul protes-protes massal menentang pemerintahannya.
Presiden Turki, Tayyip Erdogan, yang juga pendukung Morsi, menyebut Morsi adalah seorang syuhada. Para pemimpin Muslim akan mengadakan pemakaman simbolik bagi Morsi di seluruh 81 provinsi di Turki.
Partai AK pimpinan Erdogan mendukung pemerintahan Mesir di bawah Morsi yang berlangsung singkat dan banyak anggota dan pendukung IM pergi ke Turki sejak kegiatan-kegiatannya dilarang di Mesir.
IM menyatakan tidak melakukan kekerasan dalam kegiatannya dan membantah memiliki hubungan dengan pemberontakan yang dilakukan Alqaida dan militan IS. (ant/wit)