Rasulullah pun Bahagia, Seiring Umat Islam Rayakan Idul Fitri
Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan umat Islam, setelah berjuang menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan. Hari kemenangan bagi mereka yang telah melewati perjalanan ibadah dan meraih kemenangan hingga sampai pada Idul Fitri.
Seluruh umat Islam di seluruh dunia merayakannya. Rasa kebahagiaan dan kenikmatan persaudaraan terasa begitu akrab. Seluruh umat Islam merasa dipersaudarakan dalam keindahan fitri. Kembali ke fitri. Dosa dan kesalahan sudah dihapus, karena sesama umat Islam telah saling memaafkan.
Kebahagiaan Dirasakan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
Ustaz Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur memberikan catatan khusus.
Kebahagiaan di hari raya turut dirayakan oleh Nabi Muhammad ﷺ:
«ﺇﻥ ﻟﻜﻞ ﻗﻮﻡ ﻋﻴﺪا ﻭﻫﺬا ﻋﻴﺪﻧﺎ»
"Bagi masing-masing kaum memiliki hari raya. Idul Fitri adalah hari raya kami" (HR Bukhari)
Lebih sempurna kebahagiaan kami manakala anda memberi maaf atas khilaf dan kesalahan kami sekeluarga.
ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻙَ ﺑِﺄَﻓْﻀَﻞِ ﺃَﺧْﻼَﻕِ ﺃﻫْﻞِ اﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَاﻵﺧِﺮَﺓِ. ﺗَﺼِﻞُ ﻣَﻦْ ﻗَﻄَﻌَﻚَ ﻭَﺗُﻌْﻄِﻲ ﻣَﻦْ ﺣَﺮَﻣَﻚَ ﻭَﺗَﻌْﻔُﻮ ﻋَﻣَّﻦْ ﻇَﻠَﻤَﻚَ
Hadis: "Kuberi tahu padamu akhlak terbaik penghuni dunia dan akhirat; kau sambung kekerabatan pada orang yang memutusimu, kau memberi kepada orang yang menghalangimu dan kau memaafkan orang yang menzalimi dirimu" (HR Al-Hakim dari Uqbah bin Amir)
Dalam suasana Lebaran, kita menghaturkan maaf atas segala kekhilafan.
ﻋَﻦْ ﺳَﺨْﺒَﺮَﺓَ، ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: " ﻣَﻦْ اﺑْﺘُﻠِﻲَ ﻓَﺼَﺒَﺮَ، ﻭَﺃُﻋْﻄِﻲَ ﻓَﺸَﻜَﺮ، ﻭَﻇُﻠِﻢَ ﻓَﻐَﻔَﺮَ، ﻭَﻇَﻠَﻢَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ، ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻟَﻬُﻢُ اﻷَﻣْﻦُ ﻭَﻫُﻢْ ﻣُﻬْﺘَﺪُﻭْﻥَ ".
Dari Sakhbarah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa diberi ujian lalu sabar, diberi nikmat lalu bersyukur, dianiaya lalu memaafkan, berbuat salah lalu minta maaf, maka mereka inilah yang mendapatkan kedamaian dan hidayah" (HR Baihaqi dalam Syuab Al-Iman)
Imam Syafii dan Rukyatul Hilal
Menyaksikan hilal dengan rukyatul hilal, melihat bulan secara langsung, adalah suatu kesempurnaan dalam menjalankan ibadah puasa. Meskipun dua hitungan, baik hisab maupun rukyatul hilal, menjadi penting untuk mengetahui kepastian datangnya Idul Fitri atau 1 Syawal, sehingga umat Islam menggaungkan takbir.
Para ulama Syafi'iyah menjawab:
ﻟﻮ ﺷﻬﺪ ﺑﺮﺅﻳﺔ اﻟﻬﻼﻝ ﻭاﺣﺪ ﺃﻭ اﺛﻨﺎﻥ ﻭاﻗﺘﻀﻰ اﻟﺤﺴﺎﺏ ﻋﺪﻡ ﺇﻣﻜﺎﻥ ﺭﺅﻳﺘﻪ. ﻗﺎﻝ اﻟﺴﺒﻜﻲ: ﻻ ﺗﻘﺒﻞ ﻫﺬﻩ اﻟﺸﻬﺎﺩﺓ، ﻷﻥ اﻟﺤﺴﺎﺏ ﻗﻄﻌﻲ ﻭاﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﻇﻨﻴﺔ، ﻭاﻟﻈﻦ ﻻ ﻳﻌﺎﺭﺽ اﻟﻘﻄﻊ.
Jika ada satu atau dua orang yang (mengaku) menyaksikan hilal, sementara menurut ilmu hisab tidak dimungkinkan melihat hilal, maka kesaksian itu ditolak menurut Imam Subki. Sebab hisab adalah ilmu pasti dan kesaksian adalah praduga. Dan praduga tidak dapat mengalahkan yang bersifat pasti.
ﻭاﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻗﺒﻮﻟﻬﺎ، ﺇﺫ ﻻ ﻋﺒﺮﺓ ﺑﻘﻮﻝ اﻟﺤﺴﺎﺏ.
Dan pendapat yang kuat adalah diterima. Sebab pendapat ahli hisab tidak dipertimbangkan
ﻭﻓﺼﻞ ﻓﻲ اﻟﺘﺤﻔﺔ ﻓﻘﺎﻝ: اﻟﺬﻱ ﻳﺘﺠﻪ ﺃﻥ اﻟﺤﺴﺎﺏ ﺇﻥ اﺗﻔﻖ ﺃﻫﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻣﻘﺪﻣﺎﺗﻪ ﻗﻄﻌﻴﺔ ﻭﻛﺎﻥ اﻟﻤﺨﺒﺮﻭﻥ ﻣﻨﻬﻢ ﺑﺬﻟﻚ ﻋﺪﺩ اﻟﺘﻮاﺗﺮ، ﺭﺩﺕ اﻟﺸﻬﺎﺩﺓ، ﻭﺇﻻ ﻓﻼ.
Ibnu Hajar memerinci dalam kitab Tuhfah. Beliau berkata: "Pendapat yang dinilai kuat adalah jika ahli hisab sepakat bahwa perhitungannya adalah akurat (pasti) dan yang mengabarkan dari mereka mencapai jumlah mutawatir maka kesaksian ditolak. Jika tidak seperti itu maka diterima" (I'anat Ath-Thalibin 2/243)
Para Kiai di forum Bahtsul Masail NU Jatim (di Bangkalan, 2007) memilih pendapat yang disampaikan Imam Ibnu Hajar tersebut. Yang dimaksud jumlah mutawatir adalah 5 kitab ilmu hisab yang berbeda.
Demikian Ustaz Ma'ruf Khozin, semoga bermanfaat!
Advertisement