(Rasanya): Merdeka itu Bicara Kopi
Merdeka. Hari ini Merdeka dimana-mana. Sungguh, benar-benar merdeka.
Hari ini Merdeka RI ke-73. Bisa dieja tujuh tiga, bisa pula tujuh puluh tiga. Tujuh puluh tiga tahun Indonesia Merdeka.
Terlihat tua kali ya, sampai ada iklan di teve, ditayang berulang-ulang, lalu anak-anak kecil menyebutnya kakek.
Mungkin begitu kali ya, memaknai merdeka dengan sak karepe dewe. Ya sudah. Wong ndak ada yang protes. Mumpung juga jargon milenial lagi di atas angin. Dan semoga saja tidak masuk angin.
Lalu kopi. Ah iya, saya ini orang kopi. Sebaiknya bicara dengan spek ini saja. Ketimbang nanti dibuli banyak orang bisa ndak kentut tujuh hari tujuh malam malah repot.
Sudah merdeka kah dunia kopi? Sik sik... dari sudut mana dulu kopi ditendang.
Dari sudut pandang peminum kopi, merdeka sudah pasti. Mereka sudah merdeka memilih kopinya sendiri. Mereka benar-benar toean dalam menentukan citarasa kopi yang diinginkan. Siapa pun, dari golongan apapun. Tidak lagi bisa disuruh minum kopi ini dan itu di luar seleranya.
Eh benarkah?
Belum tentu! Jangan lupa, kita ini hidup di negeri kecuali. Misal: kecuali petugas dilarang masuk, dilarang parkir kecuali mobil dinas, dilarang melintas kecuali hari minggu/libur, dilarang ngopi sembarangan kecuali coffee break dari panitia.
Di ranah kepanitiaan, panitia apa saja, mustahil kita bisa milih kopi. Milih citarasa kopi. Apalagi memilih biji kopinya.
Di rapat tingkat RT, cobalah minta pilihan kopi. Percayalah, istri pak RT langsung mak sledot dan mlerok dengan alis mata naik sebelah. Nesu.
Kecuali, (nah ini) Anda ada di dekat Presiden Jokowi, barulah bisa meminta kopi sesuka hati.
Merdeka! Kopi sudah merdeka? (Meminjam istilah Gus Mustofa Bisri dalam puisi bersambungnya yang bukan main tajamnya) rasanya baru kemarin, kopi masih diolah dengan gaya bebas. Gaya bebas itu identik dengan gaya sak karepe dewe. Kopi semau gue.
Di ranah konsumsi kopi, ada kopi dicampur jangung. Kopi dengan campuran beras. Campuran karak. Campuran biji salak. Biji kurma. Hingga campur mawur bahan obat yang punya kandungan kafein tinggi, sampai zat kimia yang bikin strong stamina.
Nah, kopi, apakah sudah merdeka? Rasanya masih seperti kemarin: kopi masih punya "penjajah". Penjajah apaan? Penjajah pikiran! Memburu untung melulu. Kopi menjadi nomor sekian. Citarasa ora urus. Pokok hitam. Pokok pahit. Pokok mambu kopi.
MERDEKA. Jangan lupa ngopi sebelum salah paham. Sebelum kopi menjadi sangat hitam. Sehitam pantat kuali yang tak pernah merdeka dari jelaga. widikamidi
Advertisement