Rangnick Tak Mengira Situasi di MU Lebih Buruk dari Dugaannya
Manajer Interim Manchester United, Ralf Rangnick, dikabarkan terkejut dengan seberapa jauh klub telah jatuh dan merasa dua masalah utama menyulitkan dirinya membalikkan keadaan menjadi lebih baik.
Pelatih Jerman yang dijuluki 'Godfather of gegenpressing', mengambil alih dari Ole Gunnar Solksjaer pada akhir tahun lalu, tetapi gagal memicu perubahan positif yang diharapkan MU.
MU tampak tidak sehat ketika mereka bermain imbang dengan Newcastle dan beruntung bisa keluar dari pertandingan dengan satu poin. Tapi kekalahan di kandang dari Wolves membuat mereka melorot ke urutan ketujuh di tabel Premier League.
Sejak kekalahan itu, ada laporan kerusuhan di ruang ganti Old Trafford menyusul sejumlah pemain tidak senang dengan minimnya waktu bermain.
Dari laporan Daily Mail, Rangnick cepat menyadari bahwa pekerjaan di MU dan tugas yang diperlukan untuk mengubah mereka kembali menjadi kompetitif. jauh lebih besar daripada yang dia sadari pada awalnya.
Sumber yang dekat dengan mantan pelatih kepala RB Leipzig itu mengklaim Rangnick terkejut dengan seberapa jauh MU telah terpuruk dan betapa buruknya kondisi di dalam.
Situasinya sangat buruk, sehingga Rangnick sekarang merasa perlu upaya monumental untuk mengamankan posisi di kualifikasi Liga Champions, sesuatu yang merupakan harapan minimum di awal musim.
MU harus memenangkan pertandingan putaran ketiga Piala FA melawan Aston Villa pada Senin malam atau akan menjadi lebih buruk jika sampai kalah.
Menurut laporan Daily Mail, ada dua masalah besar yang dihadapi Rangnick dan yang menghambat usahanya untuk mengubah tim.
Yang pertama adalah pertahanan, dengan pelatih asal Jerman itu khawatir bahwa gaya tekanannya yang tinggi tidak cocok untuk para pemain bertahan yang saat ini ia miliki, sementara absennya Harry Maguire telah memperburuk masalah.
Selain itu, Rangnick dan stafnya telah mengidentifikasi kurangnya kondisi fisik, dengan tingkat kebugaran skuat di bawah apa yang diharapkan. Ini masalah besar bagi seorang manajer yang ingin timnya melakukan tekanan tinggi dan bekerja tanpa henti tanpa bola.