Rampok Bank Cilandak dalam Teori Psikopati
Oleh: Djono W. Oesman
Perampok begini, jarang. Pria inisial BS, 43 tahun, sendirian merampok Bank Jabar Banten (BJB) Cabang Fatmawati, Cilandak, Jakarta, Selasa 5 April 2022. Ia pegawai bank lain (bukan BJB) bergaji Rp60 juta per bulan. Tak semua perampok miskin.
Ketika beraksi, BS membawa pistol. Namun seorang security inisial F, melawan. Terjadi duel. Sampai polisi tiba di TKP, meringkus BS.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto kepada pers, Rabu 6 April 2022 mengatakan: "Kini tersangka BS kami tahan, untuk diproses."
Kronologi kejadian, seperti diceritakan Kombes Budhi, begini:
Selasa, 5 April 2022 pagi, BS 'menggambar' wilayah Cilandak, Jakarta Selatan. Niatnya merampok bank. Ada beberapa kantor bank di sekitar situ. Ia memilih BJB. "Karena, menurut tersangka, waktu itu bank tersebut paling sepi," kata Budhi.
Jelang sore, sekitar 14.30 WIB, BS mendatangi kantor BJB. Ia naik Daihatsu Xenia silver nomor polisi B-2374-SFN, sendirian. Ia turun dari mobil, menggendong tas punggung. Pakai topi hitam, masker hitam. Jalan menuju pintu masuk.
Saat itu, rolling door BJB tertutup separo. Pada pintu kaca tergantung tanda "Close". Di dalam sudah tidak ada nasabah. Hanya karyawan yang berkemas hendak pulang.
BS mendorong pintu. Masuk, sambil menodongkan pistol ke semua orang. Persis adegan film. Ia berteriak: "Semua tiarap..."
Saksi mata, petugas sekuriti Bank BJB Fatmawati bernama Mukhlis, 42 tahun, kepada wartawan, Rabu 6 April 2022 menceritakan: "Kami semua kaget. Melihat pistolnya, kami semua tiarap."
Seorang security yang tidak tiarap, F. Ia tetap berdiri memandangi pelaku. Dibentak pelaku agar tiarap, F tetap berdiri. Pada jarak sekitar tiga meter dari pelaku.
Mukhlis: "Pelaku marah, menembak. Dor.... Semua orang kaget. Satu tembakan kena pipi F. Ternyata F tidak jatuh. Malah, maju menerjang pelaku."
Mungkin, saat itu F (yang rutin dilatih Polri) tahu, bahwa itu tembakan airsoft gun, berpeluru gotri.
Di saat F maju menerjang, pelaku menembak lagi. Kali ini meleset, kena kaca akrilik. Kaca itu cuma retak tipis. Tidak sampai pecah. Semua orang di situ semakin yakin, bahwa itu bukan senjata api.
Maka, semua orang berlarian keluar. Berteriak-teriak, minta tolong. Sementara, BS dan F duel. Bergumul terbanting ke lantai.
Kombes Budhi: "Kebetulan, saat itu ada petugas kami patroli mobil persis di jalan depan Kantor BJB. Melihat keributan, mobil patroli berhenti. Dari teriakan para karyawan BJB, dua polisi mencabut senjata, mengendap masuk kantor bank.
Di dalam kantor, BS dengan F masih bergulat. Maka, dengan sigap petugas meringkus BS. Memborgol. Membawanya ke mobil, langsung ke kantor polisi.
Barang bukti yang disita polisi, airsoft gun. Dari dalam tas gendong, ada sebuah pisau lipat, tali (kabel) ties, alat kejut elektrik, dan bom asap. Dari sini kelihatan bahwa BS sudah siap alat.
Tali ties direncanakan untuk mengikat sandera. Alat kejut elektrik untuk pertarungan jarak dekat. Bom asap untuk melarikan diri. Dan, tas gendong kosong, bakal kantong duit.
Tapi, kejadian tak sesuai perencanaan BS. Ia bahkan belum menyentuh duit.
Kombes Budhi: "Tersangka ternyata pegawai bank (tidak disebut namanya) bagian staf HRD (Human Resources Development). Gajinya Rp60 juta per bulan. Sampai sebelum merampok, ia masih WFH (Work from Home). Ia merampok, karena terlilit utang, jatuh tempo Jumat, 8 April 2022."
Tersangka dijerat Pasal 365 junto Pasal 53 KUHP dan juga UU Darurat dengan ancaman hukuman hingga 10 tahun penjara.
Kelihatannya tidak rasional. Dengan gaji segitu (jika benar) ia bisa mengangsur utang. Dan, pihak terutang sangat mungkin percaya. Terutama, oleh posisi pekerjaan BS.
Atau, logika BS yang tidak jalan. Meski ia staf HRD, yang biasa menganalisis perilaku karyawan. Tapi, begitulah yang terjadi.
Psikolog Kriminal asal Kanada, Prof Robert D. Hare dalam bukunya "Psychopathy: Theory and Research by Robert D. Hare" (Paperback, 1970) menyebutkan: Tindak kejahatan berkorelasi langsung dengan kondisi otak pelaku.
Hare adalah Profesor emeritus University of British Columbia, Kanada. Ia guru besar bidang studi psikopatologi dan psikofisiologi. Hare kelahiran Calgary, Alberta, Kanada, 1934. Menyatakan pensiun mengajar pada tahun 2000.
Tapi, ia kini penasihat FBI 's Child Abduction and Serial Murder Investigative Resources Center (CASMIRC). Juga konsultan kriminologi untuk berbagai layanan penjara Inggris dan Amerika Utara.
Bukunya itu berpengaruh secara internasional untuk studi kriminologi. Dijadikan rujukan teori-teori kriminologi. Sebab, intinya tujuan kriminologi ada dua, berbentuk pertanyaan: 1) Mengapa orang berbuat jahat? 2) Bagaimana orang terhindar dari itu (penyebab kejahatan)?
Hare, dalam bukunya, mengidentifikasi hubungan antara aktivitas otak tertentu dan perilaku antisosial, yang kemudian mendorong orang bertindak kriminal.
Menurutnya, semua penjahat punya sedikit reaksi otak terhadap situasi berbahaya, dibanding kebanyakan orang yang bukan penjahat. Atau, mekanisme kalkulasi di otak penjahat terhadap situasi (yang bakal) berbahaya, lemah. Termasuk, kalkulasi untung-rugi dari tindakan yang bakal mereka lakukan.
Itu hasil uji bagian dalam otak. Menggunakan berbagai teknik dan alat. Yakni,
Computerized Tomography Scanner (CT scan). Magnetic Resonance Imaging (MRI). Positron Emission Tomography (PET).
Dari uji tersebut, peneliti mencari hubungan antara aktivitas otak dan kecenderungan pemilik otak melakukan kejahatan.
Gampangnya, penjahat ketika bertindak, asal berani. Asal ngegas. Sudah pakai perhitungan. Antara lain, cara memulai, teknik beraksi, sampai jalur melarikan diri. Tapi, kalkulasi bahaya-tidak bahaya, perhitungan untung-rugi, sangat lemah.
Hare: "Itu sebabnya, tidak semua orang terjepit secara ekonomi, atau emosional, bertindak jahat. Karena, di otak penjahat tergolong lemah kalkulasi bahaya-tidak bahaya dan untung-rugi."
Dalam otak pelaku kejahatan, menonjol unsur kecanduan pacu adrenalin. Hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal di otak. Wujud fisiknya, adalah peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
Semakin tinggi pacu adrenalin, menimbulkan semakin tinggi kesenangan. Kesenangan menimbulkan kebanggaan. Inilah yang menutupi kalkulasi tadi. Sebab, semakin tinggi bahaya, semakin tinggi adrenalin. Ini pula menutupi kalkulasi untung-rugi.
Buku "Psychopathy: Theory and Research by Robert D. Hare", cocok dengan kondisi BS, perampok BJB yang gagal itu.
Orang dalam kondisi normal, bisa menyayangkan, BS bergaji Rp60 juta, merampok bank, tanpa riset, berapa jumlah uang tunai di brankas bank tersebut. Bisa jadi, uang di brankas senilai lima atau sepuluh kali gaji BS. Yang sebenarnya, bisa ia peroleh dalam lima atau sepuluh bulan. Hanya lewat WFH.
BS jelas menempuh bahaya sangat tinggi. Sebab kalkulasinya lemah soal ini. Ia juga rugi sangat besar (dipecat dari bank, dipenjara, kelak sulit kerja lagi). Karena tanpa perhitungan untung-rugi.
Kriminologi bertujuan dua: 1) Mengapa jadi penjahat. 2) Bagaimana menghindari penyebab orang berbuat jahat.
Di kasus BS, pertanyaan nomor satu terjawab oleh teori Prof Hare. Tinggal nomor dua, pasti bisa Anda temukan sendiri. (*)