Ramai-ramai Tato Badan, Warga Myanmar Tolak Kudeta MiliterÂ
Kudeta militer di Myanmar menjadikan warganya berpikir "kreatif". Betapa tidak. Banyak warga Myanmar dilaporkan membuat tato dengan tema anti-kudeta sebagai bentuk menentang pemerintahan junta militer (Tatmadaw).
Beberapa orang lainnya membuat tato wajah pemimpin de facto, Aung San Suu Kyi, yang digulingkan dan ditahan militer pada tubuh mereka. Demikian dilansir Reuters, Senin 15 Maret 2021.
"Mereka mengancam kami dengan senjata. Tapi revolusi kami tidak akan menang jika kami takut," kata salah satu warga yang tengah membuat tato revolusi di sebuah galeri tato.
Pemberontakan dan perlawanan rakyat sipil terhadap junta militer Myanmar terus meluas sejak kudeta terjadi.
Aparat pun semakin brutal menanggapi para pedemo, di mana sejauh ini, lembaga pemantau hak asasi manusia, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), melaporkan setidaknya total 126 orang telah tewas dalam bentrokan antara demonstran dan aparat.
"Saya merasa seperti kehilangan masa depan ketika mendengar berita pada 1 Februari. Saya merasa sangat kesakitan dan saya tidak ingin melupakan rasa sakit itu selamanya," kata seorang wanita yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.
Masih Korban Jatuh
Sementara itu, pasukan keamanan Myanmar menewaskan sedikitnya 12 orang, menurut laporan saksi mata dan media. Ketika itu, penjabat pemimpin pemerintahan paralel sipil bersumpah dalam pidato publik pertama pada hari Sabtu 13 Maret 2021 melakukan "revolusi" untuk membatalkan kudeta militer 1 Februari.
Lima orang ditembak mati dan beberapa lainnya cedera ketika polisi melepaskan tembakan pada protes duduk di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar, kata saksi mata kepada Reuters.
Yang lainnya tewas di pusat kota Pyay dan dua tewas dalam tembakan polisi di ibukota komersial Yangon, di mana tiga orang juga tewas dalam semalam, menurut laporan media domestik.
"Mereka bertingkah seperti berada di zona perang, dengan orang-orang tak bersenjata," kata aktivis yang berbasis di Mandalay, Myat Thu. Dia mengatakan korban tewas termasuk seorang anak berusia 13 tahun, seperti dikutip dari Reuters, Minggu 14 Maret 2021.
Si Thu Tun, pengunjuk rasa lainnya, mengatakan dia melihat dua orang ditembak, termasuk seorang biksu Buddha.
“Salah satunya terkena di tulang kemaluan, satu lagi ditembak mati hingga tewas,” katanya.
Di Pyay, seorang saksi mata mengatakan pasukan keamanan awalnya mencegat ambulans dari membawa mereka yang terluka, yang menyebabkan satu meninggal.
Seorang sopir truk di Chauk, sebuah kota di tengah Wilayah Magwe, juga tewas setelah ditembak di bagian dada oleh polisi, kata seorang teman keluarga.
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan telepon dari Reuters untuk meminta komentar.
Siaran berita malam media MRTV yang dikelola junta menyebut para pengunjuk rasa sebagai "penjahat" tetapi tidak merinci lebih lanjut.
Lebih dari 70 orang telah tewas di Myanmar dalam protes yang meluas terhadap perebutan kekuasaan oleh militer, kata kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.