Ramai di Media, Visi Besar Pasar Koblen Jadi Pasar Wisata
Gaduh masalah eks Penjara Koblen menjadi pasar buah dan sayur terus bergulir di media Surabaya. DPRD Surabaya menolak izin pengelolaan sayur dan buah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Lalu bagaimana sebenarnya perencanaan pembangunan pasar sayur dan buah koblen?
Ngopibareng.id menemui Kepala Pengelola Koblen, I Wayan Archana. Ia juga dikenal sebagai salah satu orang kepercayaan pemilik lahan Penjara Koblen. Bli Wayan panggilannya, terbuka untuk berbicara visi besarnya untuk mengembangkan bangunan cagar budaya itu.
Ia mengatakan, lahan seluas 3,8 hektar itu rencananya memang akan digunakan sebagai pasar wisata buah dan sayur. Termasuk pula pasar edukasi sejarah Surabaya serta bangunan itu sendiri. Namun itu masih rencana, entah berapa tahun lagi.
Yang pasti menurutnya, saat ini dirinya fokus untuk meramaikan wilayah itu dengan membangun pasar buah dan pasar sayur. Caranya pun unik, membangun lapak-lapak dari bata putih dan kayu-kayu. Memberi penerangan dengan bohlam putih tanpa memungut biaya sepeser pun dari pengguna stan alias gratis. Bahkan ia sama sekali tak mengambil sepersen pun uang listrik dan air. Hanya uang bongkar muat, itu pun per pick-up hanya Rp25.000-30.000.
"Visi kami besar. Pingin membangun ini agar ramai, jadi pasar wisata. Nah ketika itu belum bisa, kami bangun pelan-pelan dulu. Dengan apa? Dengan membangun pasar sayur dan buah. Silakan pedagang berjualan. Tidak dipungut listrik atau air. Kebersihan pun saya pengelola tanah yang bertanggung jawab. Jadi ibaratnya ini masih rugi," kata Wayan, Selasa, 16 Maret 2021.
Wayan menilai, pernyataan anggota dewan yang menganggap Pasar Koblen adalah profit oriented sangatlah salah. Sebab selama ini ia tak menarget profit apa-apa dari pasar tersebut. Malahan, ia meminta para pedagang untuk memberikan harga murah agar konsumen tertarik datang.
Ihwal masalah retribusi, Wayan mengaku bahwa misi utamanya adalah membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam menata kota. Ia tak ingin ada pedagang sayur atau buah yang berjualan di pinggir jalan, di trotoar. Makanya ia membuka lahan itu untuk pedagang sayur dan buah.
Ia menyampaikan, untuk pedagang pasar sayur dan buah, selain orang yang memang mendaftarkan diri untuk bergabung, sebagian besar adalah eks pedagang pasar tumpah di Surabaya. Sebut saja Keputran lawas, Tanjungsari, Peneleh, Jemursari, hingga Oso Wilangun.
"Ini (pedagang) itu kebanyakan pedagang yang diobrak petugas karena berdagang di pinggir jalan. Saya sampaikan, ayo masuk saja, di sini saja. Yang penting jaga keamanan, kebersihan, kerapihan. Coba dilihat saja, di sini lebih nyaman lho belanjanya karena bersih dan rapi. Lha ini kalau sudah ramai, kita tata pelan-pelan. Kalau ramai kan kami pengelola dapat pemasukan, dana itu untuk menata. Jadi blue print yang kami miliki bisa terlaksana," katanya.
Advertisement